REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mendapat rapor berkinerja memuaskan. Nilainya bahkan berada di urutan ketiga yaitu 49 persen berada di urutan ketiga setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani (61 persen) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (57 persen).
Kesimpulan ini merupakan hasil survei terbaru yang dilakukan Indonesia Political Opinion (IPO), Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian publik terhadap kinerja menteri, di antaranya karena kebijakan 36 persen, ketegasan 24 persen, integritas 21 persen, empati 14 persen, dan faktor lain menyumbang 7 persen.
Direktur eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, menjelaskan jika persepsi positif publik terhadap kinerja menteri bisa menjadi pemicu popularitas dan meningkatnya elektabilitas.
“Konsistensi Tito Karnavian dalam menjaga kepercayaan publik, sangat mungkin kemudian berubah menjadi peluang elektabilitas,” Jelas Dedi, dalam keterangannya, Kamis (29/10). Pemaparan itu dia sampaikan dalam paparan hasil survei evaluasi satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin secara Daring, Rabu (28/10).
Sementara terkait konstelasi politik dan wacana Pilpres 2024, potensi elektabilitas Tito membayangi perolehan ketua umum Partai Gerindra tersebut. “Jika kita hanya melihat dari kalangan Menteri, Prabowo tetap teratas dengan perolehan 16.4 persen, lalu disusul Tito Karnavian 4.2 persen. Memang terpaut jauh, hanya saja tren pergerakan elektabilitas keduanya berbeda, Prabowo mengalami penurunan, dan Tito perlahan naik,” lanjut Dedi.
Dedi menjelaskan, secara keseluruhan, dalam paparan IPO terhadap peluang tokoh dengan elektabilitas tertinggi, adalah Ganjar Pranowo 17.9 persen, Prabowo Subianto 16.4 persen, Anies Baswedan 15.3 persen, Sandiaga Uno 8.8 persen, Ridwan Kamil 6.0 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 5.7 persen, Tito Karnavian 4.2 persen, Gatot Nurmantyo 2.9 persen, Airlangga Hartarto 2.9 persen, dan Mahfud MD 2.5 persen.
IPO dalam surveinya menggunakan metode purposif sampling terhadap 170 orang pemuka pendapat (opinion leader) yang berasal dari peneliti Universitas, lembaga penelitian mandiri, dan asosiasi ilmuwan sosial/perguruan tinggi.
Sementara massa pemilih nasional dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan 1200 responden di seluruh wilayah proporsional Indonesia dengan margin of error 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan pada 12-23 Oktober 2020.