Senin 23 Nov 2020 13:04 WIB

Lonjakan Kasus Covid-19 yang Dipicu Klaster Kerumunan Massa

Satgas meminta warga sekitar lokasi kerumunan massa Habib Rizieq untuk dites.

Anggota kepolisian dengan mengenakan hazmat menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Petamburan III, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2020). Penyemprotan tersebut dilakukan menyusul adanya temuan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di kawasan Petamburan.
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Anggota kepolisian dengan mengenakan hazmat menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Petamburan III, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2020). Penyemprotan tersebut dilakukan menyusul adanya temuan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di kawasan Petamburan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Febryan A

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan, terjadi kenaikan jumlah kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir ini. Selain disebabkan masa libur panjang, kenaikan kasus juga disebabkan pelanggaran protokol kesehatan, seperti kerumunan massa, terutama di daerah Bandara Soekarno-Hatta, Petamburan, Slipi, Tebet Timur, serta Megamendung, Kabupaten Bogor.

Baca Juga

Seluruh daerah tersebut diketahui merupakan kegiatan kerumunan dari acara Imam Besar FPI Rizieq Shihab. “Sejumlah kasus yang ikut menambah terjadinya kasus selama libur panjang adalah kegiatan-kegiatan kerumunan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir,” ucap Doni saat konferensi pers usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/11).

Satgas meminta, seluruh masyarakat yang ikut dalam kegiatan kerumunan besar tersebut secara sukarela melakukan tes swab yang telah disiapkan pemerintah daerah. Ia menjamin, pemeriksaan diberikan secara gratis kepada masyarakat.

“Hal ini sangat penting agar bisa sesegera mungkin diketahui apakah mereka yang ikut kerumunan terpapar atau tidak,” tambah Doni.

Jika hasil pemeriksaan tes swab diketahui positif terpapar Covid, Doni meminta masyarakat mengikuti prosedur kesehatan, yakni dengan melakukan isolasi mandiri secara personal maupun ke fasilitas isolasi yang telah disiapkan pemerintah. Upaya ini merupakan langkah untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Ia mengatakan, berdasarkan pengalaman selama delapan bulan menghadapi pandemi ini, pasien dengan gejala ringan akan mengalami kesembuhan hingga 100 persen dengan angka kematian nol persen. Sedangkan, pasien dengan gejala sedang memiliki angka kematian hingga 2,6 persen.

Pasien dengan gejala berat memiliki angka kematian hingga 5,5 persen dan jika pasien masuk ke dalam fase kritis, angka kematiannya menjadi sangat tinggi, yakni 67,4 persen.

“Inilah tugas kita semua untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar secara sukarela bersedia melakukan pemeriksaan swab, apakah PCR atau antigen,” kata dia.

Kenaikan kasus Covid-19 berkorelasi dengan peningkatan keterisian ruang ICU di rumah sakit di sejumlah daerah. Sejumlah rumah sakit di Banten, Jawa Barat, maupun Jawa Tengah mengalami peningkatan keterisian ruang ICU hingga lebih dari 70 persen.

Sedangkan, tingkat keterisian ruang ICU di DKI Jakarta telah mencapai 69,5 persen. “Tetapi, ini pun harus bisa kita upayakan untuk tidak bertambah lagi,” ujar Doni.

Doni mengatakan, peningkatan keterisian kamar ICU di sejumlah rumah sakit ini diakibatkan masa libur panjang dan juga adanya kegiatan kerumunan massa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Upaya melakukan pengetesan warga yang terlibat kerumunan massa Habib Rizieq sudah dilakukan di Petamburan. Camat Tebet Dyan Airlangga mengatakan, pihaknya juga meningkatkan jumlah tes cepat sesuai perintah Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Dyan mengatakan, instruksi itu diberikan karena banyak kasus positif ditemukan di Tebet usai adanya kerumunan acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang dihadiri Rizieq beberapa waktu lalu. "Memang puskesmas mendapat arahan dari Dinas Kesehatan untuk menambah kapasitas (tes cepat Covid-19)," kata Dyan kepada wartawan, Senin (23/11).

Pengetesan terhadap warga, kata dia, sudah dimulai sejak Sabtu (21/11) di Kelurahan Tebet Timur. Pengetesan bakal terus berlanjut selama beberapa hari ke depan.

Proses pengetesan ini, lanjut dia, dilakukan terhadap orang yang kontak erat dengan kasus positif sebelumnya atau ACF (active case finding). "Nah, itu yang coba kita lakukan di Kecamatan Tebet. Kalau ketahuan ada yang positif, ya kita lakukan isolasi dan sebagainya," katanya.

Sementara itu, Polda Metro Jaya juga bakal melakukan rapid test gratis di Tebet pada sore hari ini. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 50 orang dinyatakan positif dari klaster Tebet ini.

Kemarin, polisi menyemprotkan cairan disinfektan menggunakan mobil water cannon di Jalan KS Tubun, kawasan Pertamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada pukul 15.00 WIB. Saat penyemprotan dilakukan, tampak sejumlah orang berbaris di ujung Jalan Petemburan III, lokasi markas FPI.

Penyemprotan dilakukan dua mobil water cannon. Satu mobil menyemprotkan disinfektan dari arah Tanah Abang, satunya lagi dari arah Slipi.

Mobil itu tampak dikawal dengan mobil patroli bertuliskan 'Ditlantas Polda Metro Jaya'. Tampak juga sejumlah aparat mengenakan motor trail dan truk ikut mengawal proses penyempotan itu.

Polda Metro Jaya menggelar pula kegiatan rapid test massal di SDN 01 Petamburan kemarin sore. Namun, sebagian masyarakat disebut takut mengikuti kegiatan ini.

Proses rapid test dilakukan oleh belasan petugas medis. Berdasarkan pantauan Republika selama setengah jam, tampak hanya belasan orang masyarakat yang hadir. Padahal, polisi memberikan bantuan sembako kepada masyarakat yang mau ikut.

Nani, perempuan paruh baya yang ikut rapid test, mengaku memang sempat takut ikut kegiatan rapid test massal ini. Sebab, ia mengira tes yang dilakukan adalah swab test alias tes usap.

"Ternyata bukan tes yang dicolok hidung itu. Banyak yang lain tidak mau ikut karena takut dicolok itu. Makanya nanti bakal saya sampaikan ke mereka buat mau datang," kata Nani.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Heru Novianto, mengatakan, ada kesalahpahaman di tengah masyarakat terkait tes massal yang dilakukan. Warga juga kurang memahami pentingnya kegiatan rapid test ini.

"Padahal dengan tahu positif, kita bisa tindak selanjutnya. Makanya, nanti akan kita coba kasih pemahaman ke mereka," kata Heru.

Ketua RT 04/RW 09, Kelurahan Petamburan, Hambali, mengatakan, dari 300 warganya, baru lima orang yang mengikuti kegiatan rapid test ini. Sebagian besar warganya mengaku takut.

"Sebagian kurang menerima karena pada takut. Mereka kan belum pernah merasakan rapid test," kata Hambali usai menjalani rapid test.

Hambali pun berencana untuk mengajak kembali warganya mengikuti kegiatan ini. Pasalnya, sebagian warganya menghadiri acara pimpinan FPI yang menimbulkan kerumunan pada Sabtu pekan lalu. "Ada juga sih (yang ikut acara Habib Rizieq). Tapi saya kurang tahu jumlahnya," kata Hambali.

Langkah 3T memang sangat penting dilakukan saat kasus positif virus corona diketahui terjadi. Satgas Penanganan Covid-19 mengungkapkan hasil penelitian di luar negeri menunjukkan penerapan testing, tracing, treatment (3T) mampu 100 persen mencegah penularan virus corona baru kepada orang lain.

"Penelitian di Indonesia memang belum ada, namun 3T itu bisa 100 persen tidak menularkan," kata Kasubbid Tracking Satgas Covid-19, dr Kusmedi Priharto, beberapa waktu lalu.

Sedangkan, penggunaan masker berdasarkan studi mampu menahan penularan virus lima hingga 90 persen. Menjaga jarak bisa 100 persen tidak menularkan.

Ia mengatakan, bagi masyarakat yang tidak mau membantu pemerintah dalam menerapkan 3T maka akan merugikan mereka sendiri. Sebab, tujuan tracing ialah memotong tali penyebaran virus.

Selain itu, 3T sejatinya untuk menolong pasien di tahap awal yang masih bisa ditangani dengan cepat karena dalam kondisi ringan. Namun, jika sudah dalam fase darurat maka pengobatan sulit termasuk tingkat kesakitan pasien lebih tinggi.

"Bayangkan kalau dia sudah masuk ICU, angka kehidupan hanya lima persen," ujarnya.

photo
Ventilasi Durasi Jarak - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement