Rabu 25 Nov 2020 23:46 WIB

Menteri PPPA: Perempuan Berperan Jaga Stabilitas Ekonomi

Pemberdayaan perempuan adalah kunci kenaikan pendapatan bangsa.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati (kanan)
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga mengatakan kiprah perempuan dalam menjaga stabilitas ekonomi bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata. "Hasil diskusi World Economic Forum pada Januari 2020 menyatakan pemberdayaan perempuan adalah kunci kenaikan pendapatan bangsa yang akan menentukan kemajuan negara," kata Bintang dalam seminar daring bertema "Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera" untuk menyambut Hari Ibu yang diliput dari Jakarta, Rabu (25/11).

Data perkembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan besar di Indonesia pada 2014-2018 menunjukkan dari total 64 juta unit usaha, 99 persen adalah usaha mikro, kecil, dan menengah. Berdasarkan survei Bank Dunia pada 2016, lebih dari 50 persen usaha kecil dimiliki perempuan. Bintang mengatakan Undang-Undang Dasar 1945 menjamin hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan. 

Baca Juga

Namun, akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan masih ada ketimpangan. "Hal itu terlihat dari ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Pembangunan Gender, dan Indeks Pemberdayaan Gender," tuturnya.

Pada dimensi ekonomi, survei Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 menunjukkan pengeluaran per kapita perempuan lebih rendah daripada laki-laki, yaitu sekitar Rp9 juta per tahun berbanding Rp15 juta per tahun. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan juga lebih rendah daripada laki-laki. 

Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan hanya sekitar 50 persen dan laki-laki sekitar 80 persen. "Data BPS 2019 dan 2020 menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan yang sudah rendah terus mengalami penurunan, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki yang sudah cukup tinggi mengalami kenaikan," katanya.

Menurut Bintang, kondisi tersebut memprihatinkan. Apalagi, pandemi COVID-19 telah memperburuk ketimpangan gender yang ada, sehingga perempuan menjadi semakin rentan. "Padahal, bila perempuan berdaya, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara yang semakin maju," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement