Kamis 03 Dec 2020 18:03 WIB

Penyebab Jumlah Positif Covid Tembus 8.000-an Kasus per Hari

Pada hari ini, pemerintah melaporkan 8.369 kasus baru positif Covid-19.

Warga berjalan di depan Taman Regol, Kota Bandung, yang ditutup, Kamis (3/12). Penutupan taman dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19, menyusul Kota Bandung saat ini kembali bersetatus zona merah.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Warga berjalan di depan Taman Regol, Kota Bandung, yang ditutup, Kamis (3/12). Penutupan taman dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19, menyusul Kota Bandung saat ini kembali bersetatus zona merah.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Antara

Pemerintah pada hari ini melaporkan 8.369 orang. Angka ini jauh di atas rekor yang pecah sebelumnya pada Ahad (29/11), sebanyak 6.267 orang dalam sehari.

Baca Juga

Bila diperhatikan lebih rinci, lonjakan kasus hari ini sejalan dengan kapasitas pemeriksaan spesimen yang ikut naik cukup signifikan. Hari ini dilaporkan ada 62.397 spesimen dari 45.479 orang diperiksa, jauh di atas capaian pemeriksaan sebelum-sebelumnya. Sebagai pembanding, jumlah spesimen yang diperiksa pada Senin (30/11) awal pekan ini 'hanya' 40.055 spesimen dan 29.839 orang diperiksa.

Namun, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, lonjakan kasus harian ini disebabkan karena sistem pencatatan, pelaporan, dan validasi data dari provinsi yang masih belum optimal dan belum dapat dilakukan secara real time. Saat ini, pemerintah pusat dengan daerah tengah meningkatkan interoperabilitas data Covid-19.

Berdasarkan hasil konsolidasi antara pemda dan Kementerian Kesehatan, sejumlah provinsi memiliki perbedaan data dengan pusat. Misalnya saja Jawa Tengah, Jawa Barat, dan juga Papua.

“Angka yang sangat tinggi ini salah satunya disebabkan karena sistem yang belum optimal untuk mengakomodasi pencatatan, pelaporan, dan validasi data dari provinsi secara real time,” jelas Wiku saat konferensi pers, Kamis (3/12).

Ia mencontohkan, pada hari ini Papua melaporkan sebanyak 1.755 kasus. Angka ini merupakan akumulasi dari penambahan kasus positif sejak 19 November hingga hari ini. Satgas pun meminta pemerintah daerah yang masih memiliki perbedaan data agar melakukan konsolidasi data secara langsung dengan pemerintah pusat sesegera mungkin.

Setelah Papua, Jawa Barat menyusul di posisi kedua dengan 1.648 kasus baru. Sementara, DKI Jakarta yang biasanya berada di posisi teratas, hari ini menyumbang 1.153 kasus baru di peringkat ketiga. Jawa Tengah dan Jawa Timur menyusul dengan masing-masing 767 dan 564 kasus baru.

Selain itu, jumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh juga bertambah cukup banyak, 3.673 orang hari ini. Sehingga, jumlah kumulatif pasien sembuh di Indonesia mencapai 462.553 orang.

Angka kematian juga dilaporkan bertambah 156 orang, sehingga jumlah pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 mencapai 17.355 orang atau 3,11 persen. Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan kasus meninggal dunia yang sebesar 2,31 persen.

Wiku menyampaikan, berdasarkan catatan dari Satgas, jumlah penambahan kasus aktif pada hari ini mencapai 77.696 atau 13,9 persen di mana kasus aktif dunia sebesar 28,36 persen. Sedangkan, jumlah kasus sembuh kumulatif mencapai 462.553 atau 82,9 persen di mana kasus sembuh dunia sebanyak 69,32 persen.

Tiga provinsi

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat baru tiga provinsi yang secara konsisten memenuhi standar dunia terkait pemeriksaan Covid-19. Ketiganya, yakni DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Papua, dilaporkan mampu mencapai target angka testing Covid-19 selama lima pekan berturut-turut.

Sesuai standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka tes ideal di setiap wilayah adalah satu tes per 1.000 populasi untuk setiap pekan. Misalnya, untuk wilayah Indonesia secara keseluruhan dengan jumlah populasi 267 juta jiwa, maka angka tes ideal yang harus dipenuhi adalah 267 ribu pemeriksaan dalam sepekan. Perhitungan yang sama berlaku untuk masing-masing provinsi, disesuaikan dengan jumlah penduduk.

Namun, selain tiga provinsi yang mampu konsisten memenuhi standar WHO selama lima pekan berurutan, dilaporkan juga ada 16 provinsi yang mampu memenuhi standar jumlah pemeriksaan rata-rata dalam satu bulan terakhir. Selain DKI Jakarta, Papua, dan Kaltim, 13 provinsi lainnya adalah Riau, Papua Barat, Sumatra Barat, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

"Saya mengapresiasi upaya keras yang sudah dilakukan 16 provinsi ini sehingga jumlah testing di tingkat nasional semakin dekati target WHO. Namun, saya tetap ingatkan jangan lengah dan terus pertahankan capaian ini. Semoga, ke depan, semakin banyak provinsi, bahkan 34 provinsi mampu capai standar dunia," kata Wiku.

Secara nasional, kapasitas pemeriksaan Covid-19 telah mencapai 90,64 persen per akhir November 2020. Artinya, dari target testing sebanyak 267 ribu orang setiap pekan, kapasitas testing saat ini baru sekitar 242 ribu orang.

Wiku menambahkan, peningkatan kapasitas pemeriksaan nasional akan sangat terbantu apabila masing-masing daerah juga berlomba-lomba menaikkan kapasitas testing mereka. Karenanya, Wiku mendorong setiap daerah mengoptimalkan 3T, yakni tracing (pelacakan), testing (pemeriksaan), dan treatment (pemeriksaan) apabila diperlukan.

"Hal yang dapat dilakukan adalah optimalisasi tracing. Jika salah satu kasus positif sudah terdeteksi, maka segeralah mendata kontak erat kasus tersebut dan lakukan testing lanjutan karena tracing yang berjalan dengan baik dapat berkontribusi terhadap peningkatan jumlah testing," kata Wiku.

Wiku menyampaikan, studi ilmiah telah membuktikan bahwa testing dan tracing yang efektif mampu mengendalikan situasi pandemi Covid-19 dalam kurun waktu 3 bulan.

"Temuan ilmiah lainnya, pengoptimalan cakupan testing dan tracing dan meminimalkan penundaan tracing dapat mencegah hampir 80 persen transmisi," katanya.

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 dr Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers secara virtual dari Graha BNPB Jakarta, Rabu kemarin mengatakan bahwa Covid-19 memiliki karakteristik yang sangat cepat menular. Oleh karena itu, jika penularan terus terjadi, sementara orang yang tertular tidak menyadarinya, pemerintah mengkhawatirkan jumlah orang yang terinfeksi akan semakin tinggi.

"Jadi, pemeriksaan itu dilakukan untuk mengidentifikasi siapa saja orang yang sudah tertular," katanya.

Jika orang-orang yang tertular sudah dapat diidentifikasi, hasil pemeriksaannya akan ditindaklanjuti dengan arahan untuk melakukan isolasi mandiri bagi mereka yang teridentifikasi positif Covid-19. Oleh karena itulah, pemeriksaan PCR sangat penting untuk dilakukan agar orang-orang yang sudah terbukti positif dapat melakukan isolasi mandiri, sehingga mereka tidak berpotensi menularkan penyakit tersebut ke orang lain.

Kemudian, pemeriksaan Covid-19 juga dinilai perlu dilakukan agar orang-orang yang teridentifikasi positif Covid-19 dengan gejala berat dapat segera dirawat dan diobati. Dengan begitu, persentase kesembuhannya bisa menjadi lebih tinggi.

Selain itu, Dewi juga menyebutkan bahwa pemeriksaan PCR sangat penting dalam upaya penelusuran orang-orang yang mungkin telah terinfeksi. Tujuannya ialah agar kemungkinan penularan di tengah masyarakat dapat lebih cepat dibatasi.

photo
Liburan selama pandemi Covid-19. - (Republika.co.id)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement