REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Bank sentral Korea Selatan mengatakan ekonomi negara telah menyusut untuk pertama kalinya dalam 22 tahun pada 2020. Hal ini karena pandemi virus korona menghancurkan pekerjaan industri jasa dan menekan pengeluaran konsumen.
Seperti dilansir dari laman AP, Jumat (5/3) data awal yang dirilis Bank of Korea menunjukkan produk domestik bruto (PDB) negara itu tahun lalu mengalami kontraksi satu persen dari 2019. Itu merupakan kontraksi tahunan pertama sejak 1998, ketika Korea Selatan berada di tengah-tengah krisis keuangan yang melumpuhkan.
Ekonomi akan menjadi lebih buruk jika bukan karena ekspor teknologi negara, yang melihat peningkatan permintaan yang didorong oleh komputer dan server pribadi karena pandemi memaksa jutaan orang di seluruh dunia bekerja di rumah.
Bank mengharapkan ekonomi Korea Selatan untuk mengelola pemulihan moderat tahun ini didorong oleh ekspor. Tetapi dikatakan akan membutuhkan waktu lebih lama bagi pasar kerja untuk pulih dari kerusakan industri jasa seperti restoran dan transportasi.
Sejak Maret 2020, bank telah mempertahankan tingkat kebijakannya pada level terendah sepanjang masa sebesar 0,5 persen untuk membantu memompa uang ke dalam perekonomian. Tetapi para ahli mengatakan alat keuangan tradisional yang bertujuan untuk menurunkan biaya pinjaman hanya memiliki efek terbatas selama pandemi yang telah merusak penawaran dan permintaan.
Negara itu melaporkan 424 kasus baru virus korona menjadikan beban kasus nasionalnya menjadi 91.240, termasuk 1.619 kematian.