Ahad 07 Mar 2021 19:22 WIB

China Siap Terlibat untuk Turunkan Tensi di Myanmar

China berjanji tidak akan memihak dalam situasi di negara tetangganya tersebut.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
 Orang-orang membawa kantong pasir saat mereka membangun penghalang jalan darurat untuk mencegah pasukan keamanan memasuki daerah di Mandalay, Myanmar, 05 Maret 2021. Protes anti-kudeta terus berlanjut pada 05 Maret meskipun tindakan keras terhadap demonstran semakin meningkat oleh pasukan keamanan. Lebih dari 50 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan, sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021.
Foto: EPA-EFE/KAUNG ZAW HEIN
Orang-orang membawa kantong pasir saat mereka membangun penghalang jalan darurat untuk mencegah pasukan keamanan memasuki daerah di Mandalay, Myanmar, 05 Maret 2021. Protes anti-kudeta terus berlanjut pada 05 Maret meskipun tindakan keras terhadap demonstran semakin meningkat oleh pasukan keamanan. Lebih dari 50 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan, sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Kanselir Negara Cina Wang Yi mengatakan Negeri Tirai Bambu siap terlibat dengan 'semua pihak' untuk menurunkan ketegangan di Myanmar. Wang juga menegaskan Beijing tidak akan memihak dalam situasi di negara tetangganya tersebut.

Beijing sudah mengatakan situasi di Myanmar di mana militer merebut kekuasaan dengan paksa 'bukan sesuatu yang ingin China lihat'. Mereka juga sudah membantah rumor di media sosial mengenai keterlibatan China dalam kudeta 1 Februari lalu.

Baca Juga

"China bersedia melakukan kontak dan berkomunikasi dengan semua pihak dengan dasar menghormati kedaulatan dan kehendak rakyat Myanmar, serta memainkan peran konstruktif untuk menurunkan ketegangan," kata Wang dalam konferensi pers di sela pertemuan tahunan parlemen China, Ahad (7/3).

Negara-negara Barat sudah mengecam keras kudeta 1 Februari lalu. Tetapi China lebih berhati-hati dengan menekankan pentingnya stabilitas.

Namun China setuju dengan pernyataan Dewan Keamanan PBB yang meminta agar pemimpin pemerintah sipil yang terpilih Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya dibebaskan. Beijing juga mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai masa darurat nasional.

"China memiliki hubungan persahabatan dengan semua pihak dan faksi di Myanmar termasuk National League for Democracy (NLD) dan persahabatan dengan China selalu menjadi konsensus semua sektor di Myanmar," kata Wang.

NDL yang dipimpin Suu Kyi menang telak dalam pemilihan bulan November lalu. Militer menolak mengakui hasil pemilu tersebut.

"Tidak peduli perubahan situasi di Myanmar, China bertekad untuk mempromosikan hubungan China-Myanmar tidak tergoyahkan dan arah China dalam mempromosikan persahabatan China-Myanmar juga tidak berubah," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement