Jumat 12 Mar 2021 05:58 WIB

Jhoni Allen ke Gatot: Jangan Asbun

Gatot diminta menyebutkan orang yang mengajaknya mengambil alih Demokrat.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Joko Sadewo
Politikus dari kubu KLB Demokrat Jhony Allen Marbun. Foto ilustrasi
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Politikus dari kubu KLB Demokrat Jhony Allen Marbun. Foto ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Jhoni Allen Marbun meminta mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo tak asal bicara ihwal adanya pihak yang mengajaknya untuk mengambil alih Partai Demokrat. Ia meminta, Gatot justru mengungkap nama yang mengajaknya.

"Mohon adik saya untuk mengatakan siapa salah satu di antara kami yang melakukan KLB ini, yang dibilang mengajak. Tolong itu, jangan asal asbun," ujar Jhoni di kediaman Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, Menteng, Jakarta, Kamis (11/3).

 

Ia justru mengingatkan Gatot soal integritasnya sebagai mantan panglima TNI. Pasalnya, Gatot disebutnya pernah melakukan kampanye terselubung di masa pemerintahan Joko Widodo.

 

"Ingat siapa yang mengangkat dia jadi panglima? Jokowi. Dia masih menjadi panglima menjaga kedaulatan negara, dia sudah terselubung kampanye-kampanye ke kampus-kampus dan saya ikutin itu," ujar Jhoni.

 

Gatot juga diingatkan Jhoni untuk tak mengusik nama Moeldoko yang juga diangkat sebagai panglima TNI di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurutnya, diangkatnya menjadi posisi tersebut merupakan tugas kepada negara.

 

Baca juga : In Picture: Demokrat KLB akan Adukan AHY ke Polisi

 

"Jangan dibilang SBY yang mengangkat Moeldoko, iya betul, tapi panglima harus diangkat. Panglima harus loyal kepada negara dan tugas-tugasnya, bedakan loyalitas kepada negara dan tugas," ujar Jhoni.

 

Diketahui, mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo mengungkapkan, dirinya juga pernah diajak untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat. Ajakan tersebut hadir sebelum Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) ditetapkan sebagai ketua umum versi kongres luar biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara.

 

Namun ia tak mengungkapkan siapa pihak yang mengajaknya melakukan kudeta. "Nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu, mosi tidak percaya, AHY turun. Setelah turun, baru pemilihan," ujar Gatot lewat video yang diunggah di akun Instagramnya, Ahad (7/3).

 

Namun, ia menolak ajakan untuk mengambilalih kepemimpinan Partai Demokrat. Salah satu alasannya adalah sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.

 

"Saya Pangkostrad dipanggil oleh SBY ke Istana 'Kamu akan saya jadikan Kepala Staf Angkatan Darat'. Karena saya terima kasih atas penghargaan ini dan akan saya pertanggungjawabkan," ujar Gatot.

 

Gatot mengatakan, SBY merupakan sosok yang telah membantunya meraih prestasi di dunia militer. Hal itulah yang membuat ia menolak ajakan untuk menggulingkan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

 

Baca juga : Hari Ini, Demokrat AHY Ajukan Gugatan ke PN Jakpus

 

"Saya dibesarkan oleh dua Presiden. Satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Joko Widodo, kan gitu. Terus saya membalasnya dengan mencongkel (kudeta) anaknya," ujar Gatot.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement