Selasa 13 Apr 2021 10:15 WIB

Pesawat Pengebom Nuklir China Ikut Bayang-bayangi Taiwan

Taiwan laporkan 25 pesawat Angkatan Udara China masuki wilayah pertahanan negara.

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Jet tempur China bayangi Taiwan (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/TAIWAN MINISTRY OF DEFENSE
Jet tempur China bayangi Taiwan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pemerintah Taiwan melaporkan sebanyak 25 pesawat angkatan udara China memasuki wilayah zona identifikasi pertahanan udara negara itu (ADIZ) dan terbang di wilayah dekat Kepulauan Pratas pada Senin (12/4). Pesawat tersebut dilaporkan termasuk jet tempur dan pengebom berkemampuan nuklir. Pemerintah Taiwan menyebut bahwa itu adalah serangan terbesar yang dilakukan oleh angkatan udara China sejauh ini.

Laporan adanya 'serangan' tersebut muncul hanya beberapa saat setelah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengeluarkan pedoman yang akan memungkinkan para pejabat negara dapat berhubungan dan bertemu lebih bebas dengan Taiwan. Ini merupakan langkah yang dinilai bertujuan memperdalam hubungan dengan Taipei.

Baca Juga

Dalam beberapa bulan terakhir, Taiwan melaporkan bahwa misi berulang angkatan udara China terjadi. Secara khusus kegiatan ini berlangsung di wilayah barat daya zona pertahanan udara Taiwan, dekat Kepulauan Pratas.

Dalam misi terbaru Cina yang disebut sebagai serangan oleh Taiwan, ada 14 pesawat tempur J-16 dan empat J-10, serta empat pengebom H-6K, yang dapat membawa senjata nuklir, dua pesawat antikapal selam dan satu pesawat peringatan dini. Ini adalah adalah serangan terbesar sejak aktivitas angkatan udara Beijing di ADIZ Taiwan mulai dilaporkan pada tahun lalu.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan negara merespons dengan mengirim pesawat tempur untuk mencegat dan memperingatkan pesawat Cina. Selain itu, sistem rudal juga dikerahkan untuk memantau misi tersebut.

Pesawat milik angkatan udara China seluruhnya terbang di daerah yang dekat dengan Kepulauan Pratas. Pada masa lalu, Negeri Tirai Bambu pernah menggambarkan misi seperti itu untuk melindungi kedaulatan negara dan menangani apa yang diyakini sebagai ‘kolusi’ antara Taipei dan Washington.

Baca juga : Sepekan, Dunia Catatkan Peningkatan 4,4 Juta Kasus Covid-19

Seperti kebanyakan negara di dunia, AS  tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Namun, Menteri Luar Negeri Antony Blinken beberapa waktu lalu mengatakan bahwa negaranya prihatin tentang tindakan agresif Cina terhadap Taiwan dan memperingatkan bahwa itu akan menjadi kesalahan serius bagi siapa pun yang mencoba mengubah status quo negara pulau itu dengan paksa.

China menggambarkan Taiwan sebagai bagian dari wilayah teritorial yang paling sensitif dan garis merah yang tidak boleh dilintasi AS. Pemerintah negara ini juga tidak pernah meninggalkan kemungkinan adanya penggunaan kekuatan yang bertujuan menyatukan kembali kedua negara sebagai satu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement