REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Setidaknya 21 orang tewas dan hampir 100 orang terluka dalam ledakan bom mobil di kota selatan Afghanistan, Jumat (30/4) waktu setempat. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menuduh Taliban berada di balik pengeboman tersebut.
Ledakan terjadi di daerah pemukiman Pul-e-Alam, ibu kota provinsi Logar, dan berlangsung ketika warga tengah berbuka puasa Ramadhan. Ledakan ini juga terjadi pada malam dimulainya secara resmi penarikan pasukan militer Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan.
Menurut keterangannya, korban jiwa termasuk mahasiswa yang berada di wisma untuk mengikuti ujian, dan dokter serta pasien dari rumah sakit yang rusak akibat ledakan tersebut. Para pejabat mengatakan mereka yang terluka dibawa ke Kabul untuk perawatan.
Kepala departemen kesehatan Logar, Samat Gul mengatakan, korban luka harus dibawa ke Kabul karena ledakan itu merusak rumah sakit kota utama, ambulansnya dan juga menyebabkan beberapa dokter terluka. Dia mengatakan, Kabul telah mengirim ambulans sehingga yang terluka bisa dibawa ke ibu kota.
Ghani menyalahkan Taliban atas serangan itu. "Taliban sekali lagi menunjukkan bahwa mereka tidak hanya tidak ingin menyelesaikan krisis saat ini secara damai dan fundamental, tetapi memperumit situasi dan menyia-nyiakan kesempatan untuk perdamaian," kata presiden Afghanistan dalam sebuah pernyataan.
Namun demikian, Taliban tidak memberikan komentar segera. Ledakan itu terjadi sehari sebelum militer AS secara resmi mulai menarik pasukannya yang tersisa dari negara yang dilanda kekerasan itu.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan awal bulan ini bahwa semua pasukan Amerika akan meninggalkan Afghanistan pada peringatan 20 tahun serangan 11 September.
Ketika militer AS menarik sekitar 2.500 tentaranya yang tersisa dari Afghanistan, pertempuran terus berlanjut di beberapa provinsi. Baik Taliban dan pasukan pemerintah bentrok dalam pertempuran hampir setiap hari, yang menyebabkan korban satu sama lain. Puluhan warga sipil juga telah tewas dalam pertempuran dalam beberapa bulan terakhir, termasuk banyak dalam pembunuhan yang ditargetkan di Kabul dan kota-kota lain.