Selasa 25 May 2021 16:03 WIB

Islamofobia di Inggris Meningkat Pascaserangan Israel

Islamofobia di Inggris melesat sebesar 430 persen pada 8-17 Mei

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Aksi warga London memberikan dukungan untuk rakyat Palestina, di London, Sabtu (22/5).
Foto: AP/Alastair Grant
Aksi warga London memberikan dukungan untuk rakyat Palestina, di London, Sabtu (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Islamofobia di Inggris meroket sebesar 430 persen pada 8-17 Mei dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Berdasarkan laporan kelompok Tell Mama UK pada Senin (24/5), peningkatan Islamofobia dan anti-Muslim terkait dengan eskalasi terbaru antara Israel dan Palestina.

Tell Mama UK mengatakan, sebanyak 13 laporan terkait serangan Islamofobia pada 1-7 Mei meningkat menjadi 56 pada minggu berikutnya. Tell Mama UK mengatakan, insiden itu dipengaruhi oleh apa yang terjadi di Israel dan Palestina.

Baca Juga

“Menyusul lonjakan tersebut, kami terus mengamati sejumlah laporan terkait contoh-contoh perundungan rasialiss di kalangan siswa. Dan, dalam beberapa kasus, komentar yang mengkhawatirkan dan sepenuhnya tidak dapat diterima dari staf dan manajemen di beberapa sekolah terhadap siswa,” kata Tell Mama UK, dilansir Anadolu Agency, Selasa (25/5).

Mengutip Undang-Undang Kesetaraan 2010 Inggris, menggarisbawahi bahwa badan publik, termasuk sekolah, harus menghapus diskriminasi dan memajukan kesetaraan. Selain itu, badan publik harus berusaha untuk membina hubungan yang positif dan baik antara kelompok-kelompok tersebut. 

Tell Mama UK mendesak penyelidikan penuh atas insiden perundungan rasialisme. Selain itu, perlu ada keterlibatan komunitas dan pelatihan untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang kesetaraan. 

"Guru juga harus memberi contoh dengan mengingatkan siswa bahwa intimidasi, rasialisme, Islamofobia, dan bentuk kebencian lainnya tidak akan ditoleransi," ujar Tell Mama UK.

Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina bulan lalu karena keputusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah. Situasi memburuk setelah pasukan Israel menggerebek Masjid al-Aqsha dan menyerang jamaah yang sedang melaksanakan Shalat Tarawih pada bulan Ramadhan.

Konfrontasi menyebar ke Jalur Gaza dan Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, serta melukai lebih dari 1.900 lainnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement