REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Konflik antara Israel dan Palestina memicu gelombang protes terhadap mereka yang pro-Palestina di sekolah-sekolah Inggris. Murid-murid dituduh anti-Semit dan kepala sekolah menggambarkan bendera Palestina sebagai seruan untuk perang.
Kepala Sekolah dari Sekolah Menengah Allerton Grange di Leeds, Mike Roper, dipaksa untuk meminta maaf setelah dia mengeklaim bendera Palestina sebagai simbol anti-Semit. Video pidatonya yang diunggah di media sosial menjadi viral dan memicu protes dengan polisi tambahan harus ditempatkan di luar sekolah.
Menurut pihak sekolah, pertemuan tersebut dilakukan untuk mengatasi ketegangan dalam komunitas siswa multiras yang disebabkan oleh situasi di Israel. Namun, pidato tersebut membawa tuduhan Islamofobia dan staf diperintahkan untuk membantu siswa masuk dan keluar sekolah dengan aman setelah tanggapan yang geram.
Perselisihan serupa telah terjadi di sekolah-sekolah di Inggris sejak penyerangan Israel terbaru di Jalur Gaza. Selama protes di akademi putri Clapton di London timur, para siswa duduk dan meneriakkan “Merdeka Palestina” dan menolak untuk kembali ke kelas. Salah seorang siswa, Mina, mengatakan, anak-anak itu memutuskan untuk melakukan protes setelah guru melepas poster tentang perjuangan Palestina dari dinding sekolah.
Di Manchester, para pemimpin senior di Perguruan Tinggi Loreto memutuskan untuk menutup institusi tersebut setelah mendengar tentang protes yang direncanakan. Sekitar 200 siswa melanjutkan berkumpul di dekat gerbang sambil mengibarkan bendera.
Sementara, di Allerton Grange diketahui ketegangan telah meluap selama beberapa hari sebelum pertemuan kontroversial Roper. Beberapa murid mengeklaim tali pengikat bendera Palestina telah disita.
Dalam video berdurasi dua menit, Roper menjelaskan kepada 20 siswa agar mereka tidak menggunakan simbol dan bendera Palestina karena beberapa orang mungkin melihat bendera tersebut dan merasa terancam. “Bendera itu dipandang sebagai seruan untuk perang dan sebagai pesan dukungan untuk anti-Semit,” kata Roper.
Setelah viral, dalam sebuah pernyataan, Roper mengaku menyesal telah mengeklaim hal tersebut. Dia berjanji terlibat dengan anggota dewan lokal dan perwakilan masyarakat untuk menyelesaikan masalah ini.
“Bayangkan menjadi anak Palestina di sekolah pria ini, diberi tahu bahwa bendera nasional Anda pada dasarnya penuh kebencian. Benar-benar keterlaluan,” kata MSP Hijau Skotlandia Ross Greer.
Dilansir the Guardian, Kamis (27/5), Wakil Presiden Senior dari Persatuan Pendidikan Nasional, Daniel Kebede, mengatakan sekolah harus menjadi ruang aman yang memungkinkan anak muda untuk mengeksplorasi mata pelajaran yang sulit.
“Apa yang terjadi di Israel dan Palestina harus menjadi topik yang digali di sekolah-sekolah sehingga generasi muda bisa melahirkan pemahamannya sendiri,” ujar dia.
Seorang guru, yang ingin dirahasiakan namanya, menyebut di sekolahnya murid-murid telah secara eksplisit dilarang membagikan bendera Palestina dan stiker “Palestina Merdeka”.
“Larangan menyeluruh atas penyebutan kata Palestina di sekolah tampaknya menjadi hal yang lumrah, dan bahkan didorong oleh beberapa dewan lokal. Terbukti, ini adalah kebijakan yang sangat rasis,” kata dia.
Rabi Senior di Liberal Jewish Synagogue St John’s Wood, Alexandra Wright mengatakan, kebebasan berekspresi sangat penting. Anak muda harus diizinkan untuk mengekspresikan pandangan mereka dengan cara yang terpelajar. Sangat penting bagi mereka mempelajari situasi terkini di Timur Tengah.
“Semua bentuk anti-Semit dan Islamofobia harus dikutuk. Anak muda harus dididik untuk memahami perbedaan antara kritik mereka terhadap kebijakan yang dimiliki oleh kepemimpinan dan pemerintah tertentu,” kata dia.
Sumber: theguardian