Selasa 08 Jun 2021 20:58 WIB

Dokumentasi Sejarah Pergerakan Musik Dianggap Masih Terbatas

GOR Saparua Bandung menjadi salah satu saksi sejarah pergerakan musik.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Film dokumenter Gelora Magnumentary: Saparua yang merupakan rangkaian program Distorsi Keras direncanakan tayang awal Juni 2021.
Foto: Dok Rich Music
Film dokumenter Gelora Magnumentary: Saparua yang merupakan rangkaian program Distorsi Keras direncanakan tayang awal Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- GOR Saparua di Bandung menjadi lokasi berlangsungnya berbagai acara musik sejak 1963. Dimulai oleh Aneka Nada, band yang diperkuat oleh Sam Bimbo, Acil Bimbo, dan Guruh Soekarno Putra, hingga berbagai generasi berikutnya. 

Musik aneka genre, bahkan beragam pertunjukan seni budaya, pernah ditampilkan di sana. Paparan lini masa lebih lanjut soal gedung tersebut dirangkum dalam film dokumenter Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua yang tayang mulai 15 Juni 2021.

Baca Juga

Gagasan hadirnya Gelora Magnumentary: Saparua berawal dari proyek "Membakar Batas" yang diprakarsai oleh Cerahati sejak 2011. Tujuan dari proyek tersebut yakni untuk menangkap dan merekam jejak semua tonggak besar dalam sejarah skena rock dan metal.

Direktur kreatif dari Cerahati, Edy Khemod, menganggap dokumentasi sejarah pergerakan musik masih cukup terbatas. Ketika tim Cerahati dan Rich Music yang memproduksi film berdiskusi, mereka memutuskan menggali sudut pandang yang belum banyak digarap namun vital, yakni membahas venue.