Kamis 01 Jul 2021 15:26 WIB

Vaksinasi dan Langkah Cepat Jegal Mutasi SARS-CoV-2

Masyarakat punya peran sangat besar untuk memastikan agar 3M berjalan dengan baik.

Red: Agus Yulianto
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers saat meninjau pelaksanaan vaksinasi massal Covid-19 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gedebage, Kota Bandung.
Foto:

Tanpa pengawasan ketat tentu isolasi mandiri yang bersifat anjuran tersebut hanya akan sia-sia di tengah tingkat kesadaran masyarakat masih rendah untuk konsisten menjalankan 5M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan menghindari keluar rumah bila tidak penting.

Kebijakan tersebut tentu menjadi lebih longgar jika dibandingkan negara lain yang rata-rata mewajibkan karantina selama 14 hari bagi warga negara asing maupun warga negara sendiri yang hendak masuk ke negaranya guna mencegah kasus impor. Perbandingan itu menjadi semakin jauh dengan China yang menerapkan karantina "14+7+7" bagi warga negara asing yang hendak masuk wilayahnya.

Mereka harus menjalani skema karantina dan isolasi selama sebulan tersebut yang sudah diterapkan di banyak provinsi dan kota, yakni 14 hari di hotel, tujuh hari di rumah dan tujuh hari pemantauan kesehatan. Kota Nanjing dan Provinsi Heilongjiang justru menerapkan 14 hari karantina dan 14 hari isolasi di rumah.

Seperti kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio, tidak ada 'nawaitu' SARS-CoV-2 untuk menjadi ganas menginfeksi manusia. Karena, sebenarnya mereka hanya bertahan hidup, mencari tempat ternyaman untuk melakukan replikasi atau memperbanyak diri.

Sambil memperbanyak diri di tempat yang nyaman itu mereka mengubah bentuk, kualitas atau sifat lainnya sehingga menjadi mutan. "Itu akan terus terjadi selama mereka dapat bereplikasi dengan nyaman di satu lingkungan," ujarnya.

Karenanya, sangat penting mencari cara agar virus-virus zoonosis tersebut merasa tidak nyaman untuk bereplikasi dan akhirnya menyingkir dengan sendirinya. Vaksinasi Covid-19 untuk memunculkan antibodi menjadi salah satu cara menjegal virus bereplikasi dengan nyaman dalam tubuh seseorang.

Meski vaksin yang dikembangkan di dunia saat ini belum ada yang secara khusus bertujuan untuk memutus transmisi virus, hanya sebagai booster memunculkan antibodi seseorang sehingga meningkatkan imunitas terhadap SARS-CoV-2, namun dapat membantu menekan fatalitas infeksi Covid-19. Harapannya, fasilitas kesehatan tidak membludak, dan menurunkan angka kematian.

Karenanya, cepatnya varian Delta menginfeksi perlu diimbangi dengan disiplin tinggi masyarakat untuk benar-benar mengurangi mobilitasnya untuk saat ini, sehingga tidak ada kesempatan virus yang sedang menginfeksi seseorang di sekitarnya "berpindah" pada dirinya. Disiplin menahan diri tidak melalukan mobilitas yang tidak perlu itu tentu harus ada di diri masing-masing masyarakat.

Selanjutnya, harapannya kecepatan vaksinasi untuk mencapai herd immunity dapat melampaui kemampuan berlipat ganda varian-varian baru virus corona tipe baru yang menyebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan Madura. 

Menurut Prof Amin, dari hampir 2.000 hasil whole genom squencing virus SARS-CoV-2 yang ada saat ini belum mengindikasikan adanya dominasi varian baru tersebut di Indonesia. Jadi, ini kesempatan untuk menghentikan mutasi dari virus yang sudah ada, dan segera melengserkan status pandemi.

 

Maka, cepat ambil kesempatan vaksinasi Covid-19 yang datang. Jangan lepas kesempatan bersama-sama untuk menjegal mutasi SARS-CoV-2 di Indonesia.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَحْلَلْنَا لَكَ اَزْوَاجَكَ الّٰتِيْٓ اٰتَيْتَ اُجُوْرَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِيْنُكَ مِمَّآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلَيْكَ وَبَنٰتِ عَمِّكَ وَبَنٰتِ عَمّٰتِكَ وَبَنٰتِ خَالِكَ وَبَنٰتِ خٰلٰتِكَ الّٰتِيْ هَاجَرْنَ مَعَكَۗ وَامْرَاَةً مُّؤْمِنَةً اِنْ وَّهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ اِنْ اَرَادَ النَّبِيُّ اَنْ يَّسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِيْٓ اَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُوْنَ عَلَيْكَ حَرَجٌۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah engkau berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki, termasuk apa yang engkau peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersamamu, dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi ingin menikahinya, sebagai kekhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki agar tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

(QS. Al-Ahzab ayat 50)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement