Selasa 06 Jul 2021 05:00 WIB

Sejarah Muslim Sri Lanka, Hidup Harmonis Hingga Penganiayaan

Kaum Muslim sangat dihargai oleh raja Budha Sri Lanka pada abad ke-9 hingga ke-19.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Sejarah Muslim Sri Lanka, Hidup Harmonis Hingga Penganiayaan. Seorang pria Muslim berdiri di depan Abbraar Masjid yang hancur akibat serangan massa di Kiniyama, Sri Lanka, Senin (13/5).
Foto:

“Pedagang Muslim dengan keterampilan navigasi dan kontak luar negeri menjadi saluran komunikasi rahasia antara pengadilan dan dunia luar. Raja Sri Lanka mendorong umat Budha menjaga hubungan mereka dengan dunia Islam karena ini saling menguntungkan. Pada abad ke-13, Al Haj Aby Uthman dikirim oleh raja Sri Lanka, Bhuvanekabahu I, ke Pengadilan Mamluk Mesir untuk merundingkan perdagangan langsung. Mereka dikirim untuk misi penting dan rahasia ke India Selatan hingga masa Kandyan,” kata Lorna.

Penganiayaan dan pengusiran oleh Portugis

Sejarah harmonis itu mulai terusik ketika kedatangan penjajah Portugis pada 1505 yang juga menandai masa kegelapan karena penuh penganiayaan bagi Muslim. Orang Portugis menyimpan kebencian yang dalam terhadap Muslim, semacam islamofobia abad pertengahan.  

Kebencian ini diduga karena Arab memerintah Portugal yang kemudian dikenal sebagai Gharb Al-Andalus (sebelah barat Andalus) dari abad ke-8 hingga ke-12 Masehi. Tetapi Reconquista Portugis mengakhiri pemerintahan mereka pada 1249 ketika sebagian besar Muslim Portugis terbunuh, masuk Katolik atau melarikan diri. 

Mereka yang tersisa akhirnya diusir pada 1496 oleh Manuel I, hanya satu dekade sebelum Portugis datang ke Sri Lanka. Penjajahan Portugis ditandai dengan eksploitasi perpecahan politik antara Raja Buddha Sinhala, pengambilalihan perdagangan kayu manis yang menguntungkan di pulau itu, dan dakwah agama Katolik. Kegiatan misionaris yang intens terjadi di seluruh desa dengan iming-iming di antara aristokrasi Sinhala. 

Pada 1567, Dewan Ulama Goa melarang pemanggilan nama Nabi Muhammad, pembacaan Alquran, dan memerintahkan pembakaran tempat ibadah dan penyerahan tempat dan properti kepada gereja-gereja Kristen. Beberapa pembantaian ribuan Muslim terjadi di kota Matara, Weligama, Beruwela, dan Galle.

Kaum Muslim setelah banyak kekalahan ketika sering berperang bersama para penguasa Sinhala akhirnya berdamai dengan superioritas militer Portugis, membangun hubungan yang ramah untuk meningkatkan perdagangan. Portugis pada gilirannya membutuhkan keahlian Muslim dalam perdagangan. Perdamaian yang rapuh muncul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement