Selasa 06 Jul 2021 05:00 WIB

Sejarah Muslim Sri Lanka, Hidup Harmonis Hingga Penganiayaan

Kaum Muslim sangat dihargai oleh raja Budha Sri Lanka pada abad ke-9 hingga ke-19.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Sejarah Muslim Sri Lanka, Hidup Harmonis Hingga Penganiayaan. Seorang pria Muslim berdiri di depan Abbraar Masjid yang hancur akibat serangan massa di Kiniyama, Sri Lanka, Senin (13/5).
Foto:

Pada 2014 unjuk rasa anti-Muslim yang diserukan oleh BBS di Aluthgama menyebabkan kematian tiga Muslim, beberapa lainnya terluka dan bisnis milik Muslim dijarah dan dibakar. Pada 21 April 2019, bom bunuh diri yang dilakukan oleh ekstremis terjadi di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka menewaskan sekitar 277 orang dan melukai lebih dari 400 orang. Setelah serangan tersebut, insiden kekerasan etnis dan ketegangan yang menargetkan umat Islam komunitas terjadi di beberapa bagian negara.

Presiden saat ini Gotabaya Rajapaksa didukung oleh kaum nasionalis Buddha. Pada 2020, ia bersikeras untuk kremasi paksa terhadap Muslim korban Covid-19 meskipun bertentangan dengan keyakinan Islam dan nasehat Organisasi Kesehatan Dunia. Kampanye selama setahun oleh Muslim Sri Lanka dan upaya global dari komunitas Muslim dan internasional akhirnya mengarah pada pembalikan kebijakan.

Namun pada Maret 2021, larangan burqa, larangan impor buku-buku Islam dan penutupan ratusan madrasah (sekolah agama Islam) diumumkan. Hal ini menyebabkan ketakutan baru di kalangan komunitas Muslim. 

Sepanjang sejarah, Muslim Sri Lanka telah menunjukkan tekad yang kuat dalam menjaga keimanan dan ketahanan mereka dalam menghadapi diskriminasi. Hari ini mereka menghadapi ketidakpastian yang mengingat sejarah mereka hanya cenderung mengarah pada tekad yang kuat untuk bertahan hidup dan berkembang di pulau yang mereka sebut rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement