REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Febrianto Adi Saputro, Indira Rezkisari
Halaman Instagram @laporcovid19 melaporkan 35 tenaga kesehatan (nakes) meninggal di enam hari pertama bulan Juli 2021. Gugurnya nakes dalam perjuangan melawan Covid-19 terutama di tengah gempuran varian Delta membuat dorongan agar nakes mendapatkan vaksin dosis ketiga muncul.
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) Alexander Ginting, saat dihubungi Republika, Rabu (7/7), mengatakan Satgas masih harus menunggu rekomendasi terkait booster vaksin bagi nakes. "Semuanya harus menunggu rekomendasi dari ITAGI dan BPOM," kata dia.
Ia menambahkan, Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) berdiri setelah terbit surat keputusan (SK) 1418 tahun 2006 yang memberikan saran dan rekomendasi pada Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Oleh karena itu, meski organisasi profesi kesehatan mengusulkan vaksinasi ini, Satgas Covid-19 masih menunggu rekomendasi ITAGI.
Kemenkes juga mengaku menunggu rekomendasi dari ITAGI sebelum memberikan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga untuk tenaga medis. "Kami tunggu rekomendasi ITAGI dan juga kajian terkait data data yang ada, karena sampai saat ini hasil uji klinis atau publikasi dosis ketiga kan belum ada," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.
Kendati demikian, pihaknya mengaku terbuka dengan usulan yang disampaikan agar nakes mendapatkan suntikan dosis ketiga. Sebelumnya usulan dosis ketiga muncul dari Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Usul IDI disampaikan langsung Wakil Ketua Umum PB IDI, Slamet Budiarto, di hadapan Menkes Budi Gunadi dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR secara virtual.
Ia mengatakan sudah banyak nakes yang berguguran walaupun telah divaksin dosis kedua dengan Sinovac.
"Banyak tenaga kami tenaga dokter itu menderita sakit Covid-19 walau sudah divaksin 2 kali dan yang meninggal juga ada," kata Slamet, Senin (5/7). Slamet pun mempertanyakan efikasi vaksin Sinovac yang menjadi dasar pemerintah dalam vaksinasi nakes pada tahap awal Januari 2021.
Menurutnya, para nakes seharusnya diberi perlindungan ekstra, termasuk vaksin dosis ketiga. "Kami tidak tahu efikasi Sinovac yang sebenarnya versi WHO menyatakan efikasi ini 51 persen tapi versi kita 65 persen. Kemudian di Brasil juga 50 persen," katanya.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mendukung usulan tersebut sebagai bentuk proteksi nakes. "PPNI mendukung usulan tersebut jika memang vaksin ketiga dinilai bermanfaat untuk memberikan perlindungan ekstra untuk tenaga kesehatan," kata Ketua Satgas Covid-19 DPP PPNI, Jajat Sudrajat.
Ia mengakui, PPNI tidak memiliki keahlian dalam menilai kemanfaatan vaksin. Kendati demikian, pihaknya tetap mendukung jika para ahli vaksin merekomendasikan vaksin ketiga bagi nakes. Ia menegaskan, PPNI mendukung segala upaya untuk melindungi nakes.
Sebab, dia melanjutkan, nakes merupakan aset bangsa yang harus dilindungi. "Karena nakes berada di garda depan dalam penanganan pandemi," ujarnya.
Wakil ketua Komisi IX DPR, Emanuel Melkiades Laka Leka, mengatakan suntikan vaksin ketiga kepada para nakes dibutuhkan setelah melihat perkembangan dan dampak penularan virus saat ini. Menurutnya sudah saatnya para nakes diberikan booster ketiga vaksin sehingga melindungi mereka dari dampak varian baru yang lebih ganas dan mengkhawatirkan.
"Saya sudah sampaikan ini sejak minggu lalu dukungan terhadap nakes dalam berbagai hal ini termasuk vaksinasi ketiga booster ketiga," ujarnya.
Selain itu Melki juga mendesak kepada pemerintah dan semua pihak untuk melindungi tenaga kesehatan dengan alat pelindung diri (APD) berkualitas tinggi saat berjuang di lapangan. Selain itu dia juga menilai perlu ada tempat khusus/isolasi bagi nakes yang positif covid.
"Insentif nakes perlu diberikan secara berkala dalam waktu yang ditentukan per bulan atau waktu yang ditentukan sehingga moril nakes beserta keluarga tetap tinggi dalam perjuangan ini," ucapnya.
Pertimbangan memberikan suntikan dosis ketiga bagi penerima dosis lengkap Sinovac bukan hanya terjadi di Indonesia. Sebuah dokumen Kementerian Kesehatan Thailand yang bocor menunjukkan kemungkinan nakes perlu diberikan dosis ketiga menggunakan vaksin berbasis mRNA.
Memo internal tersebut yang dimuat media Thailand akhirnya dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul, benar adanya. Memo mencantumkan komentar dari dua pejabat yang tidak disebutkan namanya yang merekomendasikan nakes diberi booster vaksin Pfizer. Alasannya, vaksin Sinovac disebut tidak cukup efektif.
Thailand seperti Indonesia menggunakan Sinovac untuk vaksinasi nakes. Bocornya dokumen tersebut menimbulkan tagar ''berikan Pfizer untuk nakes'' mencuat dan menjadi trending di Twitter Thailand. Setidaknya ada 624 ribu cicitan tentang itu Senin lalu.
Pejabat Kesehatan Thailand, Opas Karnkawinpong, namun membantah dokumen tersebut ada. Pernyataannya bertolak belakang dengan menteri Anutin.
Anutin mengatakan booster untuk nakes hanyalah opini. Dan sudah ada panel pakar untuk menentukan kebijakan vaksin. Dia mengatakan, dua dosis Sinovac tetap efektif dan memberikan hasil melebihi standar.
Dikutip dari Reuters, pakar WHO menemukan vaksin Sinovac efektif melindungi lansia di atas 60 tahun dari Covid-19. Tapi kualitas data dari perlindungan terhadap dampak serius virus corona dinilai masih kurang.
Turki juga sudah mulai memberikan vaksin dosis ketiga di tengah kekhawatiran penyebatan varian Delta. Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, mengatakan akan menawarkan dosis ketiga ke nakes dan masyarakat di atas 50 tahun.
Dosis ketiga juga tidak tergantung pada merk vaksin sebelumnya. Turki saat ini menggunakan Pfizer dan Sinovac. "Pilihan ada pada Anda," kata Koca, dikutip dari Wall Street Journal.
Turki menawarkan booster karena pekerja medis dan kelompok masyarakat di atas 50 tahun ke atas sudah menerima vaksin pertama enam bulan lalu. Ketika itu Turki hanya menggunakan Sinovac.
Turki bukan negara pertama yang memberikan booster ke penerima vaksin produksi China. Bahrain sudah memberikan vaksin Pfizer ke penerima dosis lengkap vaksin Sinopharm. Uni Emirat Arab juga memberikan dosis ketiga Sinopharm karena menemukan sejumlah penerima vaksin buatan China itu tidak cukup memberikan antibodi untuk melindungi dari Covid-19.