REPUBLIKA.CO.ID, KANDAHAR -- Tentara pasukan khusus Afghanistan berhenti sejenak untuk beribadah singkat pada Ahad (11/7) malam di jalan raya yang sepi di provinsi selatan Kandahar. Mereka melakukan hal itu setiap kali bersiap menghadapi militan Taliban dalam pertempuran.
Pasukan yang sangat terlatih itu dipanggil untuk mengusir gerilyawan yang menyerang pasukan reguler dan polisi setempat beberapa jam sebelumnya. Namun, Taliban telah menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan sejumlah warga sipil dan tentara yang terluka.
"Kami menerima laporan bahwa musuh telah menyusup ke sini dan ingin menggulingkan distrik itu," kata Mayor Mohammad din Tasir, anggota pasukan khusus yang ditempatkan di bekas benteng Taliban di Kandahar, kepada Reuters setelah operasi tersebut.
Laporan itu menyebutkan sekitar 300 milisi Taliban berada di daerah itu.
"Sayangnya, apa yang kami dengar di laporan dan apa yang kami lihat di tempat kejadian tidak sesuai."
Tasir mengatakan tidak ditemukannya milisi Taliban menunjukkan bahwa klaim oleh kelompok itu, bahwa mereka sedang menguasai hingga 85 persen wilayah Afghanistan, dibesar-besarkan.
Kejadian itu juga menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi Afghanistan dalam menghadapi musuh yang memadukan serangan terbuka di pos pemeriksaan, desa, kota, dan kota besar, dengan taktik serbu-dan-lari yang cenderung menghindari korban besar. Penguasaan wilayah oleh Taliban baru-baru ini terjadi saat pasukan asing yang dipimpin oleh militer AS menarik diri dari Afghanistan setelah 20 tahun berperang, sehingga tugas pengamanan diserahkan kepada pasukan setempat.