Ahad 18 Jul 2021 19:17 WIB

Menuju Idul Adha, Maksimalkan Amal Saleh

Idul Adha merupakan momentum beribadah yang kerap dilupakan

Red: Nashih Nashrullah
 Idul Adha merupakan momentum beribadah yang kerap dilupakan. Ilustrasi dzikir dan doa
Foto:

Oleh : Ustadz M Zaitun Rasmin, Lc MA, Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat dan Ketua Umum Wahdah Islamiyyah

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan tentang beberapa amalan yang mesti dilakukan pada hari-hari ini, yaitu:

ما من أيام أعظم عند الله، ولا أحب إليه من العمل فيهن من هذه الأيام العشر،فأكثروا فيهن من التهليل، والتكبير، والتحميد

"Tidak ada hari di sisi Allah yang lebih mulia dan lebih Dia cintai daripada amalan di dalam 10 hari ini (awal Dzulhijjah). Sebab itu, perbanyaklah di dalamnya untuk bertahlil (berdzikir La ilaha illallah), bertakbir (berdzikir Allahu Akbar), dan bertahmid (berdzikir Alhamdulillah)." [HR Ahmad: 5446, hasan]

Hadits ini mengisyaratkan bahwa salah satu amalan paling utama sekaligus paling ringan di momen Dzulhijjah ini adalah dzikir. Hal ini ditegaskan juga dalam firman Allah Ta'ala:

ويذكروا اسم الله في أيام معلومات "Hendaknya mereka berdzikir mengingat nama Allah pada hari-hari yang ditentukan (10 awal Dzulhijjah)." (QS Al Hajj 28)

Tapi perlu dipahami, apa itu dzikir? Dzikir itu bermakna mengingat dengan hati dan juga bermakna menyebut dengan lisan. Sebab itu, amalan dzikir harus menggabungkan dua hal ini bila ingin memberikan efek positif besar bagi kesalehan pribadi dan kebahagiaannya.

Ia bukan sekadar kata hati tapi harus dibarengi dengan lisan. Sebab itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada salah seorang sahabatnya,

لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله “Senantiasa lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah." [HR Tirmizi (3671) dan Ibnu Majah (3793), sahih]

Sebaliknya, dzikir yang berkualitas adalah bukan sekadar dzikir yang terucap dengan lisan tanpa penghayatan hati. Rasulullah SAW bersabda tentang dzikir sayidul-istighfar yang mesti diyakini dan dihayati agar bisa mendatangkan ampunan dari Allah: 

"Siapa yang mengucapkan doa ini (yaitu doa sayyidul istigfar) pada siang hari dengan menyakini (kebenaran) kandungan maknanya, kemudian mati pada hari itu, sebelum datang waktu sore, niscaya dia termasuk ahli surga. Dan siapa yang membacanya pada malam hari dengan menyakini (kebenaran) kandungan maknanya, kemudian dia mati sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli surga.”[HR Bukhari (6306)]

Maksud "meyakini kandungan maknanya" adalah mengucapkannya dengan penuh keyakinan dan penghayatan terhadap makna dzikir yang diucapkan itu.Ini sebagai syarat mutlak dalam meraih manfaat dzikir sayidul-istigfar dan juga dzikir-dzikir lainnya.

Di samping itu, dzikir yang dilantunkan dengan lisan yang dibarengi penghayatan hati akan sangat kedengaran syahdu dan menunjukkan kekhusyukan. Bahkan, ini memunculkan rasa syukur, khusyuk, ketenteraman, muraqabah, rasa bahagia, lezatnya ibadah, dan kepuasan spiritual. Dzikir seperti inilah yang membuat para ulama dan orang-orang saleh tak mau meninggalkan dzikir.

Kita sebagai umat Islam harus belajar berdzikir dengan cara seperti ini. Nah, dalam momen Dzulhijjah sekarang ini adalah momen untuk membiasakan diri dengan cara dzikir seperti ini dan memperbanyaknya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement