REPUBLIKA.CO.ID, HOLLYWOOD – Selena Gomez kembali meminta Facebook untuk mengambil tindakan tegas atas misinformasi Covid-19 dan vaksin di platform media sosial ini. Penyanyi asal AS itu menegaskan bahwa informasi keliru tentang Covid-19 dan vaksin bisa menyebabkan lebih banyak nyawa melayang.
Hal itu ia sampaikan dalam cicitannya di Twitter pribadinya. “Disinformasi ilmiah telah dan akan menelan korban jiwa,” kata Selena.
Selena kemudian menilai Facebook belum benar-benar tegas dalam menindak akun atau unggahan yang memuat informasi salah tentang vaksin dan Covid-19.
“Pada Desember lalu saya telah meminta Facebook dan Instagram untuk mengambil tindakan atas berita hoaks tentang Covid-19 dan vaksin. Tapi mengapa sampai sekarang, mereka masih menolak untuk bertindak?” kata Selena seperti dilansir dari Music News, Jumat (23/7).
Pekan lalu, presiden AS Joe Biden juga mengatakan bahwa Facebook telah membunuh banyak orang dengan tidak menutup informasi berbahaya dan menyesatkan tentang Covid-19 dan vaksin. Namun tak lama kemudian, ia mengklarifikasi pernyataannya, dengan menyebut bukan Facebook yang membunuh orang, tetapi misinformasi di dalamnya.
“Facebook tidak membunuh orang, tapi oknum di luar sana yang menyebarkan informasi salah. Harapan saya adalah agar Facebook melakukan sesuatu untuk mengatasi ini,” kata dia.
Sementara itu, Pakar biologi evolusi dan profesor di Universitas Washington, Carl T Bergstrom, mendorong agar ada penelitian lebih lanjut tentang dampak media sosial pada masyarakat. Media sosial, internet, termasuk pencarian yang didorong algoritma dan iklan berbasis klik, telah mengubah cara masyarakat mendapatkan informasi dan membentuk opini tentang dunia.
“Dan cara-cara yang dipraktikkan di media sosial membuat orang sangat rentan terhadap penyebaran informasi yang salah dan disinformasi,” kata Bergstrom.
Desakan itu muncul seiring menurunnya tingkat vaksinasi Covid-19 di AS, sementara kasus positif Covid-19 kembali meningkat setelah adanya varian Delta. Jangkauan vaksinasi yang rendah juga ditengarai karena misinformasi, di mana masyarakat tidak percaya dengan keamanan dan efektivitas vaksin melawan virus corona.