REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil melaporkan pasukan junta telah menewaskan 934 orang sejak kudeta militer di Myanmar.
Berdasarkan laporan Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), Selasa dini hari (27/7), terdapat tambahan tiga korban tewas asal Yangon dan Negara Bagian Mon. AAPP mengungkapkan dua tahanan di Penjara Insein meninggal di penjara setelah terpapar Covid-19.
Salah satu tahanan bernama Moe Thu alias Moe Thuzar Htwe yang ditangkap pada 15 Juni, terpapar Covid-19 di penjara dan meninggal pada 22 Juli karena tidak mendapat perawatan medis yang memadai. Begitu pula dengan tahanan lainnya, Myint Wai yang ditangkap pada 29 Maret, tewas di penjara pada bulan Juli. AAPP tidak menyebut secara rinci kapan Myint Wai meninggal.
AAPP melaporkan Aung Paing, seorang pengemudi ojek asal Desa Sin Phyu Kyun, Kotapraja Thahton, Negara Bagian Mon, tewas tertembak. Saat kejadian, Aung Paing bersama sekelompok pengemudi ojek lainnya sedang melarikan diri usai melihat pasukan junta masuk ke desa dan melepaskan tembakan.
“Jenazah Aung Paing tidak dikembalikan ke keluarganya,” kata AAPP dalam keterangannya.
Hingga 26 Juli, AAPP mencatat 5.370 orang masih ditahan, 255 di antaranya dijatuhi hukuman. Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.