REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setidaknya dua dari 19 orang yang membajak pesawat pada 11 September 2001 menerima bantuan dan dukungan dari jaringan Arab Saudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan oleh mantan agen FBI, Danny Gonzalez.
Gonzalez bekerja pada 'Operation Encore', yaitu sebuah penyelidikan intelijen FBI yang dibentuk pada pertengahan 2000-an untuk menyelidiki kegiatan sebelum pembajakan pesawat. Dua pelaku pembajakan pesawat dalam insiden 9/11, Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar yang tinggal di San Diego, mengatakan kepada CBS News bahwa 19 pembajak tidak dapat melakukan 3.000 pembunuhan massal seorang diri.
Menurut Gonzalez, sejumlah warga negara Saudi, termasuk Omar al-Bayoumi, seorang tersangka agen intelijen Saudi, telah membantu Hazmi dan Mihdhar. Bayoumi diduga bertemu dengan mereka di sebuah restoran di Los Angeles dan mendesak mereka untuk pindah ke San Diego.
Gonzales mengatakan Bayoumi membantu Hazmi dan Mihdhar menemukan apartemen dan membuka rekening bank, termasuk berlatih menerbangkan pesawat di sekolah penerbangan terdekat. Hazmi dan Mihdhar menjadi dua dari lima teroris yang menerbangkan pesawat ke Pentagon.