REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah (PPNA) Dyah Puspitarini mengungkapkan, perlu adanya gerakan cinta keluarga di tengah meningkatnya kekerasan terhadap anak dalam beberapa tahun terakhir.
"Saya berharap ada sebuah program pemerintah, gerakan untuk cinta keluarga. Gerakan memeluk keluarga, yang intinya menyadarkan keluarga. Ini adalah tempat kembali kita semua dan gerakan ini adalah kesadaran kita bersama pemerintah, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, dan rakyat sipil," kata Dyah pada Selasa (7/9).
Dyah mengatakan, PPNA memang prihatin dengan naiknya angka kekerasan terhadap anak pada 2021. PPNA disebut sudah memprediksi kenaikan angka kekerasan pada anak.
Pada tahun lalu, angka kekerasan anak telah mengalami peningkatan, kondisi ini juga terjadi karena adanya pandemi Covid-19. Tren ini pun masih berlanjut pada 2021, maka kondisinya dianggap masih sama.
"Faktornya kami melihat kasus kekerasan terhadap anak malah sebagian besar terjadi di rumah, yang semestinya keluarga sebagai tempat aman bagi anak, namun nyatanya ketika pandemi kondisinya aktivitas di dalam rumah dan anak malah mendapatkan perlakuan kekerasan yang bisa muncul tidak hanya dari keluarga inti tapi juga keluarga besar, atau mungkin di sekitar lingkungan rumah," papar Dyah.
Dyah berpesan kepada seluruh orang tua agar dapat menjadi tempat berlindung yang aman, mereka harus membuka tangan lebih lebar. Orang tua dapat mendampingi proses perkembangan anak, bukan melampiaskan kekerasan pada anak.
"Tetapi kita lihat faktor keluarga kompleks di masa pandemi, dari faktor ekonomi, sosial dan sebagainya, sehingga orang tua harus melatih emosi, sikap agar tidak melampiaskan kemarahan, kecapean pada anak," kata dia.