REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Setelah kedatangan Jibril di Gua Hira, Nabi Muhammad segera turun gunung menuju rumahnya. Diceritakanlah segala apa yang terjadi terhadap dirinya kepada Khadijah istrinya tercinta itu.
"Ia pergi menyusuri celah-celah gunung, sambil bertanya-tanya dalam hatinya: siapa gerangan yang menyuruhnya membaca itu?" Yang pernah dilihatnya sampai saat itu sementara dia dalam tahannuth," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Muhammad mengaku apa yang terjadi pada dirinya adalah mimpi hakiki yang memancar dari sela-sela renungannya, memenuhi dadanya, membuat jalan yang di hadapannya jadi terang-benderang. Mimpi tersebut menunjukkan kepadanya, di mana kebenaran itu.
"Tirai gelap yang selama itu menjerumuskan masyarakat Quraisy ke dalam lembah paganisme dan penyembahan berhala, jadi terbuka," katanya.
Sinar terang-benderang yang memancar di hadapannya dan kebenaran yang telah menunjukkan jalan kepadanya itu, ialah Yang Tunggal Maha Esa. Tetapi siapakah yang telah memberi peringatan tentang itu, dan bahwa Dia yang menciptakan manusia dan bahwa Dia Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan
kepada manusia dengan pena, mengajarkan apa yang belum diketahuinya?
"Ia memasuki pegunungan itu masih dalam ketakutan, masih bertanya-tanya," katanya.
Tiba-tiba ia mendengar ada suara memanggilnya. Dahsyat sekali terasa. Ia melihat ke permukaan langit. Tiba-tiba yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk manusia.
Dialah yang memanggilnya. Ia makin ketakutan sehingga tertegun ia di tempatnya. Ia memalingkan muka dari yang dilihatnya itu. Tetapi dia masih juga melihatnya di seluruh ufuk langit.
"Sebentar melangkah maju ia, sebentar mundur, tapi rupa malaikat yang sangat indah itu tidak juga lalu dari depannya," katanya.