Ahad 14 Nov 2021 17:41 WIB

Bumikan Pancasila, BPIP Gandeng 3 Perguruan Tinggi Aceh

Marilah kita isi kemerdekaan ini dengan peran yang bisa kita lakukan

Selain menghadiri kongres santri, BPIP juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan 3 Perguruan Tinggi yang ada di Serambi Mekkah itu.
Foto: BPIP
Selain menghadiri kongres santri, BPIP juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan 3 Perguruan Tinggi yang ada di Serambi Mekkah itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Aceh, Sabtu (13/11). Selain menghadiri kongres santri, BPIP juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan 3 Perguruan Tinggi yang ada di Serambi Mekkah itu.

Acara di tempat yang berbeda itu, Kepala BPIP Prof Drs KH Yudian Wahyudi MA PhD memberikan kuliah umum kepada dosen dan mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, dan Universitas Teuku Umar Aceh secara daring maupun luring.

Ia berharap kepada mahasiswa dan dosen untuk terus bersyukur dengan kemerdekaan Republik Indonesia, karena menurutnya saat ini hanya menikmati dan meneruskan cita-cita bangsa tanpa harus berdarah-darah. Ia menegaskan kepada mahasiswa untuk selalu mengenang dan meneladani para pahlawan baik di Aceh dan para pahlawan lainnya yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila. "Indonesia akan menjadi kekuatan dunia jika kita terus memperkokoh Pancasila," ujarnya.

Ia juga bersyukur Aceh tetap berpegang teguh kepada Pancasila untuk berkehidupan berbangsa dan bernegara. "Alhamdulillah warga Aceh tidak mau khilafah, selalu berpegang teguh pada ideologi Pancasila," ujarnya.

Ia juga mendorong kepada generasi penerus bangsa untuk menjadi pahlawan di masa depan sesuai dengan perannya masing-masing. "Kita tinggal mengoptimalkan saja, marilah kita isi kemerdekaan ini dengan peran yang bisa kita lakukan (fardu kifayah)," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Ir Prakoso MM mengakui pembumian pancasila tidak bisa dilakukan sendiri oleh BPIP, melainkan harus melibatkan berbagai pihak salah satunya perguruan tinggi. "Pembinaan Ideologi Pancasila tidak mungkin dilakukan hanya BPIP, maka perlu kerja sama bergotong royong," ucapnya.

Ruang lingkup dalam nota kesepahaman tersebut diantaranya rangka penguatan nilai Pancasila di lingkup civitas akademika, reaktualisasi nilai-nilai Pancasila melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ia berharap melalui kerja sama ini dapat penyelenggaraan kegiatan dan program pembumian Pancasila ke depan terus menerus dilakukan dengan lebih baik.

Rektor IAIN Lhokseumawe Dr Daniel MAg menyambut baik kerja sama tersebut. Karena daerah Aceh yang merupakan kerajaan islam terbesar se-Asia Tenggara (Samudera Pasai) memiliki toleransi yang cukup kuat. "Samudera Pasai terbuka dengan suku, agama, bahasa. Begitulah tradisi pusat kerajaan yang terbesar ini," ucapnya.

Menurutnya Pancasila memiliki dua energi yang kuat dan yang paling terbuka. Pertama, intelektualitas yang tidak ada di dunia. Kemudian energi spiritual. "Bahwa agama dalam rohnya agama bergerak, Pancasila bagian dari satu kesatuan dari setiap aliran darah kita," katanya menegaskan.

Ia juga berkeyakinan Pancasila mampu membendung ideologi lain yang mengoyak-oyak Pancasila. "Oleh karena itu setelah menandatangani MoU ini kita bisa sinergi dengan berbagai kegiatan, bergandengan tangan memperkuat energi persatuan dan kesatuan," ucapnya.

Hal serupa disampaikan Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Dr Inayatillah MAg dan Rektor UTU Prof Dr Jasman J Ma'ruf SE MBA. Ia menyampaikan rasa gembira dan bahagia kedatangan dengan BPIP. "Kehadiran BPIP membawa keberuntungan dan keberkahan bagi aceh, di tengah berbagai ancaman baik radikalisme, terorisme maupun intoleransi," tegasnya.

Salah satu perguruan tinggi itu akan mendirikan Pusat Studi Pancasila dan bela negara. "Kegiatan ini bertujuan menggali nilai-nilai kebangsaan, toleransi dan multikulturalisme," ujar Dr Inayatillah.

"Pusat studi itu akan berkontribusi dalam pengetahuan, kebangsaan dan Pancasila serta dapat menjadi corong sosialisasi Pancasila dan kebangsaan," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement