Kamis 25 Nov 2021 20:03 WIB

Epidemiolog Sarankan Penyintas Covid-19 Cukup 1 Dosis Vaksin

Dengan vaksinasi 1 dosis saja bisa menghemat di tengah keterbatasan pasokan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)
Foto: PxHere
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menyarankan pemerintah memberikan satu dosis vaksin saja kepada penyintas Covid-19. Usulan ini merujuk hasil studi yang dipublikasikan jurnal, di antaranya British Medical Journal (BMJ) dan Nature.

"Ini akan sangat membantu vaksinasi di tengah keterbatasan global ini. Ini juga membuat penyintas Covid-19 cepat sekali, dia enggak repot kan, cuma satu dosis," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (25/11).

Baca Juga

Terlebih, sambung Dicky, saat ini pemerintah, telah memiliki data seroprevalensi orang yang sebenarnya sudah terjangkit Covid-19. Menurut dia, tak sulit bila pemerintah memberikan vaksin satu dosis untuk para penyintas.

Dicky menjabarkan, pemerintah bisa menyuntikkan vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca kepada penyintas Covid-19. Karena, berdasarkan hasil studi, vaksin mRNA dan AstraZeneca dapat meningkatkan tingkat imunitas penyintas Covid-19.

Sementara vaksin merek lain bisa disuntikkan kepada masyarakat yang belum terpapar Covid-19.

"Ini semakin mengefisiensikan stok vaksin untuk yang belum terinfeksi. Bahkan bisa untuk booster, Ini bisa bukan hanya Indonesia dan ini pun ditunjang penelitian, " ujarnya.

Berdasarkan hasil studi pun secara prinsip setiap vaksin cendrung menimbulkan imunitas sama hanya saja dengan caranya yang beda. "Saya berkeyakinan tidak ada hasil berbeda," ujarnya.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sudah ada 11 vaksin Covid-19 yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebelas vaksin ini bisa menjadi opsi dalam pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga atau booster pada 2022. Diketahui, sebelas vaksin Covid-19 itu di antaranya adalah Sinovac, Vaksin Covid-19 PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Sputnik V, Zifivax, Janssen, Convidecia dan Covovax.

"Ada 11 jenis vaksin dan vaksin Merah Putih akan menjadi alternatif baik pada vaksinasi untuk program pemerintah ataupun vaksinasi untuk program berbayar atau mekanisme lainnya," kata Nadia dalam diskusi secara daring, Selasa (23/11).

Nantinya, lanjut Nadia, kelompok pertama yang akan menerima booster pada 2022 adalah para lansia diikuti peserta penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Untuk pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga untuk kelompok masyarakat di luar dua kategori tersebut masih dalam pertimbangan dan menunggu rekomendasi penelitian global dan anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Kita tahu sebenarnya pemberian vaksinasi booster ini yang sudah keluar rekomendasinya itu hanya kepada tenaga kesehatan kemudian kepada lansia dan kepada usia di atas 18 tahun yang dengan penyakit imunitas," kata Nadia.

Nadia menekankan, booster dilakukan dengan penuh pertimbangan, hal ini lantaran masih banyak negara yang belum mendapatkan vaksin Covid-19. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang menyuarakan kesetaraan akses vaksin di seluruh dunia.

"Ini beberapa pertimbangan kami apakah nanti atau bagaimanakah nanti rekomendasi WHO terhadap pemberian booster," ucap dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement