Sabtu 15 Jan 2022 10:45 WIB

Iran dan Cina Mulai Implementasi Perjanjian Strategis Jangka Panjang

Iran dan Cina akan memulai implementasi perjanjian strategis 25 tahun.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pria berjalan dengan latar mural bendera Iran.
Foto: EPA
Pria berjalan dengan latar mural bendera Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan, Iran dan Cina akan memulai implementasi perjanjian strategis 25 tahun. Hal ini diungkapkan Amir- Abdollahian setelah pembahasan ekstensif dengan pejabat senior Cina selama kunjungan dua hari ke Beijing.

Dilansir Middle East Monitor, Sabtu (15/1/), Amir-Abdollahian mengatakan kedua negara telah membuat pengaturan yang memadai untuk menjalankan kesepakatan. Dia menyebut implementasi tersebut sebagai salah satu pencapaian penting dari perjalanan kesepakatan perjanjian strategis kedua negara.

Perjanjian senilai 400 miliar dolar AS itu, ditandatangani oleh Beijing dan Teheran pada 27 Maret tahun lalu. Penandatanganan dilakukan oleh mantan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi selama kunjungan ke Teheran.

Perjanjian tersebut mencakup interaksi ekonomi dan budaya antara kedua belah pihak. Kesepakatan ini juga membuka jalan bagi partisipasi Iran dalam inisiatif Belt and Road, yaitu sebuah proyek infrastruktur besar-besaran yang diinisiasi Cina dan membentang dari Asia Timur hingga Eropa.

Kesepakatan itu menimbulkan kekhawatiran di Iran, karena Cina akan membangun pelabuhan strategis dan pangkalan militer. Namun, para pejabat telah menepis kekhawatiran tersebut.

Perjanjian strategis itu direncanakan pada 2016 ketika Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi Iran. Xi melakukan kunjungan setelah Iran menandatangani kesepakatan nuklir atau JCPOA dengan kekuatan dunia. Pada 2018, Amerika Serikat (AS) menarik diri dari perjanjian nuklir dan menerapkan sanksi yang menjatuhkan ekonomi Iran. Hal ini menyebabkan implementasi perjanjian strategis Iran dan Cina menjadi terkendala.

Amir-Abdollahian mengatakan, dia sangat senang dapat mengawali tahun baru dengan berkunjung ke Cina. Selama di Cina, dia mendiskusikan berbagai masalah termasuk implementasi perjanjian strategis dan pembicaraan nuklir yang sedang berlangsung di Wina.

Sebelum memulai kunjungan, Amir-Abdollahian menerbitkan sebuah artikel di harian milik pemerintah Cina, Global Times. Dalam artikel itu, dia menyatakan harapan bahwa kunjungan ke Cina akan menjadi cakrawala baru yang menjanjikan untuk promosi dan pengembangan kerja sama di berbagai bidang. Amir-Abdollahian menyampaikan surat dari Presiden Ebrahim Raisi kepada Presiden Xi.

Hubungan antara Teheran dan Beijing telah mengalami peningkatan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Terutama di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS. Banyak pihak menilai perjanjian strategis jangka panjang antara kedua negara sebagai upaya untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement