Rabu 16 Feb 2022 09:58 WIB

Kasus Covid-19 Terus Naik, Kantor Staf Presiden: Situasi Pandemi Terkendali

Situasi Covid-19 dinilai lebih terkendali saat ini dibanding saat gelombang Delta

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Tenaga kesehatan melakukan evakuasi pasien Covid-19 untuk dilakukan perawatan di ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/2/2022). Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo memastikan, situasi pandemi Covid-19 saat ini masih terkendali meskipun kasus positif terus naik.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan melakukan evakuasi pasien Covid-19 untuk dilakukan perawatan di ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/2/2022). Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo memastikan, situasi pandemi Covid-19 saat ini masih terkendali meskipun kasus positif terus naik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo memastikan, situasi pandemi Covid-19 saat ini masih terkendali meskipun kasus positif terus naik. Hal itu merujuk pada data keterisian rumah sakit secara nasional yang masih di angka 30 persen per 13 Februari 2022.

Ia menyebut terdapat lima daerah dengan BOR rumah sakit tertinggi, yakni Jakarta dengan tingkat keterisian 54 persen, Bali 48 persen, Banten 45 persen, Jawa Barat 44 persen, dan Sumatera Selatan 30 persen.

Baca Juga

"Semua angka ini menunjukan situasi masih lebih terkendali jika dibanding saat kita menghadapi Delta, yang angka BOR RS mencapai 90 persen. Tapi kita harus waspada," kata Abraham, dikutip dari siaran pers KSP, Rabu (16/2).

Abraham mengungkapkan, hingga saat ini 65 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit merupakan pasien tanpa gejala dan bergejala ringan.

"Sekali lagi kami imbau pada RS dan masyarakat, mari kita prioritaskan bagi yang membutuhkan, agar kita bisa melewati pandemi ini dengan baik," ujar Abraham.

Abraham juga menegaskan, kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 selalu berdasarkan pada pendekatan ilmiah, bukan emosi atau politik. Pemerintah, kata dia, selalu melibatkan berbagai pakar lintas bidang dan menggunakan berbagai data dalam melakukan evaluasi pandemi. 

"Seperti kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat, yang tetap mengacu pada level PPKM tiap daerah sesuai asesmen risiko Covid-19 setiap daerah," kata Abraham.

Baca:

Twitter Aktifkan Mode Otomatis Blokir akun yang Melecehkan

Persiapan Singkat, Bali United Fokus Pemulihan Pemain

Target Kunjungan 40 Juta Wisatawan, Ini yang Dilakukan Pemprov Jabar

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement