Jumat 18 Feb 2022 00:05 WIB

Pelaku Pembunuhan Arbery Kerap Lontarkan Kata-Kata Rasialis

Pelaku pembunuhan Ahmaud Arbery kerap menggunakan bahasa rasis dengan temannya

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Hiasan bunga diletakan di jalan kecil tempat pelari Ahmaud Arbery ditembak dan dibunuh di Brunswick, Georgia, AS, (7/5). Pelari Ahmaud Arbery tewas setelah ditembak ketika sedang jogging di Brunswick pada 23 Februari 2020. Tersangka pembunuhan dan penyerangan diketahui seorang mantan polisi Gregory McMichael dan anaknya Travis Michael dan telah dimasukan ke penjara Country Glynn.
Foto: EPA-EFE/ERIK S. LESSER
Hiasan bunga diletakan di jalan kecil tempat pelari Ahmaud Arbery ditembak dan dibunuh di Brunswick, Georgia, AS, (7/5). Pelari Ahmaud Arbery tewas setelah ditembak ketika sedang jogging di Brunswick pada 23 Februari 2020. Tersangka pembunuhan dan penyerangan diketahui seorang mantan polisi Gregory McMichael dan anaknya Travis Michael dan telah dimasukan ke penjara Country Glynn.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUNSWICK -- Juri dalam kasus kejahatan kebencian Ahmaud Arbery mendengar kesaksian pelaku pembunuhan pria kulit hitam itu kerap menggunakan bahasa rasis dengan teman-temannya di pesan singkat. Ia juga membagikan video musik penyanyi supremasi kulit putih.

Arbery merupakan laki-laki berusia 25 tahun yang tewas dibunuh saat sedang lari di sekitar lingkungan rumahnya. Travis McMichael yang bersama ayah dan tetangganya divonis bersalah memiliki jejak digital rasis sejak tahun 2013 sampai pembunuhan dilakukan pada 2020.

Agen FBI Amy Vaughan menyajikan bukti-bukti digital tersebut ke hadapan juri. Kasus Arbery merupakan salah satu kasus pembunuhan laki-laki dan perempuan kulit hitam AS yang memicu protes keadilan sosial beberapa tahun lalu.

Pelaku pembunuhan Arbery merupakan pelaku pembunuhan tingkat tinggi pertama yang disidang pengadilan kejahatan kebencian di pengadilan federal. McMichael mengaku menembak Arbery atas alasan membela diri dan pihak berwenang setempat tidak melakukan penangkapan 10 hari sejak pembunuhan.

Penangkapan baru dilakukan setelah video rekaman pembunuhan itu menyebar di media sosial dan memicu kegeraman warga.

Pada Rabu (16/2) waktu setempat juri di pengadilan di Kota Brunswick melihat unggahan Facebook McMichael yang membanggakan main hakim sendiri. Termasuk saat ia mengatakan akan menyimpan shotgun yang digunakan membunuh Arbery, berisi apa yang mungkin ia pikir peluru "kuningan kuat" yang dapat "mencabik-cabik seseorang."

Vaughan mengatakan pesan-pesan dari McMichael, ayahnya Greg McMichael dan tetangga mereka William Bryan di ekstrak dari telepon genggam dan profil Facebook mereka. Sejumlah pesan ditunjukan dan dibacakan ke para juri.

FBI tidak dapat membuka iPhone Greg McMichael, isu yang kerap menjadi sengketa antara lembaga hukum AS dan Apple Inc. Tapi Vaughan mengatakan FBI berhasil mendapatkan sejumlah pesan dari penyimpanan cadangan daring.

Tahun lalu pengadilan negara bagian memvonis bersalah Travis McMichael, Gregory McMichael, dan Bryan. Mereka dihukum penjara seumur hidup karena mengejar Arbery di lingkungan yang mayoritas kulit putih dan menembaknya sampai mati. Jaksa di pengadilan federal mengatakan Arbery diincar karena ia kulit hitam.

Pengacara pembela mengatakan tiga orang kliennya tidak bermotif ras tapi kekhawatiran setelah serangkaian perampokan di pemukiman Satilla Shores. Jaksa mengatakan inti dari tindakan ketiga pria itu adalah rasialisme.

Salah satu pesan Travis McMichael pada temannya mengenai keluarnya dari Penjaga Pantai dan bekerja sebagai kontraktor pemerintah. "Senang rasanya. tidak ada negro yang bekerja dengan saya," katanya.

Dalam salah satu kesempatan McMichael mengirimkan video pada temannya melalui Facebook. Video itu merupakan lagi "Alabama Nigger" dari Johnny Rebel yang terbuka mendukung supremasi kulit putih. Gambar video itu anak-anak kulit hitam sedang menari.

Bryan juga mengatakan pada temannya ia kesal putrinya berkencan dengan pria kulit hitam. Di salah satu pesan ia menggunakan kata-kata kasar mengenai pria itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement