Jumat 25 Feb 2022 09:56 WIB

Aktor Sean Penn Sambangi Ukraina Abadikan Invasi Rusia ke dalam Film

Penn telah terlibat dalam berbagai upaya kemanusiaan dan anti-perang internasional.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Aktor Sean Penn. Penn tengah berada di Ukraina untuk membuat film dokumenter tentang invasi Rusia yang sedang berlangsung.
Foto: Photo by Jordan Strauss/Invision/AP
Aktor Sean Penn. Penn tengah berada di Ukraina untuk membuat film dokumenter tentang invasi Rusia yang sedang berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Aktor dan sutradara asal Amerika Serikat (AS), Sean Penn berada di Ukraina untuk membuat film dokumenter tentang invasi Rusia yang sedang berlangsung. Kantor Kepresidenan Ukraina pada Kamis (24/2/2022) mengatakan, Penn menghadiri konferensi pers dan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk.

Penn juga berbicara dengan wartawan dan personel militer tentang invasi Rusia. Kantor Kepresidenan Ukraina menyebut Penn memiliki keberanian untuk membuat film dokumenter di tengah situasi konflik.

Baca Juga

"Sean Penn menunjukkan keberanian yang tidak dimiliki banyak orang lain, terutama politisi barat. Sutradara ini secara khusus datang ke Kyiv untuk merekam semua peristiwa yang saat ini terjadi di Ukraina, dan memberi tahu dunia kebenaran tentang invasi Rusia ke negara kita," ujar pernyataan Kantor Kepresidenan Ukraina.

Pada akhir November tahun lalu, Penn juga berada di Ukraina untuk mengerjakan proyek yang sedang diproduksi oleh VICE Studios. Beredar sejumlah foto saat Penn mengunjungi garis depan Angkatan Bersenjata Ukraina di dekat wilayah Donetsk.

Penn telah terlibat dalam berbagai upaya kemanusiaan dan anti-perang internasional selama bertahun-tahun. Pemenang Oscar tersebut mendirikan organisasi bantuan bencana nirlaba CORE dalam menanggapi gempa bumi 2010 di Haiti, yang dicatat dalam film dokumenter "Citizen Penn."

Seorang perwakilan untuk Penn tidak segera menanggapi permintaan komentar.  Selain itu, VICE Studios juga tidak memberikan komentar.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis mengumumkan operasi militer di Ukraina. Putin memperingatkan kepada negara lain bahwa, setiap upaya yang mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada konsekuensi yang belum pernah mereka lihat.

Putin mengatakan, operasi militer itu diperlukan untuk melindungi warga sipil di Ukraina timur. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow. 

Putin menegaskan, tujuan Rusia menggelar operasi militer bukan untuk menduduki Ukraina. Dia mengatakan, operasi militer Rusia bertujuan untuk memastikan demiliterisasi Ukraina. Putin mendesak prajurit Ukraina untuk segera meletakkan senjata dan pulang. Saat Putin berpidato di televisi, sebuah ledakan besar terdengar di Kyiv, Kharkiv dan daerah lain di Ukraina. 

Gambar terbaru yang dirilis oleh perusahaan citra satelit Maxar Technologies menunjukkan, pasukan Rusia dan peralatan militer dikerahkan dalam jarak 10 mil dari perbatasan Ukraina, dan kurang dari 50 mil dari kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv. Pada Kamis pagi, wilayah udara di seluruh Ukraina ditutup untuk lalu lintas udara sipil.

Sebuah situs web pelacakan penerbangan komersial menunjukkan bahwa El Al Boeing 787 Israel yang terbang dari Tel Aviv ke Toronto tiba-tiba keluar dari wilayah udara Ukraina, sebelum berbelok melintasi Rumania, Hongaria, Slovakia, dan Polandia.  Satu-satunya pesawat lain yang dilacak di Ukraina adalah pesawat pengintai tak berawak RQ-4B Global Hawk AS, yang mulai terbang ke barat pada Kamis pagi, setelah Rusia memberlakukan pembatasan penerbangan di wilayah Ukraina.

Baca juga : Banyak Korban Jiwa, PBB Minta Rusia Hentikan Serangan ke Ukraina

Gelombang serangan siber menghantam parlemen Ukraina, situs web pemerintah dan perbankan lainnya pada Rabu (23/2/2022). Peneliti keamanan siber mengatakan, penyerang tak dikenal juga telah menginfeksi ratusan komputer dengan malware yang merusak.

Para pejabat telah lama memperkirakan bahwa, serangan siber akan mendahului dan menyertai setiap serangan militer Rusia. Sementara, para analis mengatakan insiden itu menjadi pedoman Rusia selama hampir dua dekade tentang operasi siber yang disatukan dengan agresi dunia nyata.

Dalam perkembangan lain, Rusia mengevakuasi kedutaan besarnya di Kyiv. Sementara Ukraina menarik duta besarnya untuk Rusia, dan mempertimbangkan untuk memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Moskow.

Invasi besar-besaran Rusia dapat menyebabkan korban besar dan menggulingkan pemerintah Ukraina yang terpilih secara demokratis. Selain itu, konsekuensi dari konflik dan sanksi yang dijatuhkan Barat kepada Rusia dapat mempengaruhi pasokan energi di Eropa. Termasuk mengguncang pasar keuangan global dan mengancam keseimbangan pasca-Perang Dingin di benua itu.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement