REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya tidak akan tunduk pada upaya Barat untuk mencapai dominasi global dan memecah belah Rusia. Putin mengatakan, Rusia siap membahas status netral untuk Ukraina.
Dalam pidatonya kepada para menteri pada Rabu (16/3/2022), Putin mengakui sanksi Barat telah memukul ekonomi Rusia. Namun dia bersikeras, Rusia dapat menahan pukulan itu.
“Di masa mendatang, ada kemungkinan rezim pro-Nazi di Kiev bisa mendapatkan senjata pemusnah massal, dan targetnya, tentu saja, adalah Rusia,” kata Putin, dilansir Aljazirah, Kamis (17/3/2022).
Putin menggambarkan, para pemimpin Ukraina yang terpilih secara demokratis sebagai neo-Nazi, yang bertekad melakukan genosida terhadap penutur bahasa Rusia di timur negara itu. Dia mengatakan, negara-negara Barat ingin mengubah Rusia menjadi negara lemah, melanggar integritas teritorialnya, dan memecah belah Rusia.
"Jika Barat berpikir Rusia akan runtuh atau mundur, mereka tidak tahu sejarah kita atau orang-orang kita. Di balik pembicaraan munafik dan tindakan hari ini yang disebut kolektif Barat adalah tujuan geopolitik yang bermusuhan. Mereka tidak menginginkan Rusia yang kuat dan berdaulat," kata Putin.
Putin mengatakan, sanksi Barat akan menyebabkan peningkatan inflasi dan pengangguran di Rusia. Karena itu, perlu perubahan struktural pada ekonomi Rusia. Putin menjanjikan dukungan ekonomi untuk keluarga dan anak-anak.
Putin mengatakan, Barat telah menyatakan Rusia default sebagai bagian dari sanksi atas konflik di Ukraina. Tetapi menurut Putin, konflik itu hanya sebagai alasan bagi Barat untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
“Barat bahkan tidak repot-repot menyembunyikan bahwa tujuan mereka adalah untuk merusak seluruh ekonomi Rusia, dan setiap orang Rusia,” kata Putin.
Putin mengatakan, negaranya siap membahas status netral Ukraina dalam pembicaraan. “Pertanyaan prinsip untuk negara kami dan masa depannya, yaitu status netral Ukraina, demiliterisasi, dan denazifikasi. Kami siap berdiskusi sebagai bagian dari negosiasi," ujarnya.
Ukraina bersedia bernegosiasi dengan tujuan mengakhiri perang. Tetapi Ukraina tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia.