Kamis 05 May 2022 08:33 WIB

Kasus Kematian Covid-19 di Shanghai Mulai Turun

Di Beijing, sekitar 30 persen kasus infeksi baru terjadi di sekolah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Seorang wanita dengan bayi yang dikarantina melihat melalui jendela apartemen mereka, di tengah penguncian penuh Covid-19 kota di Shanghai, Cina, 27 April 2022.  Kasus Kematian Covid-19 di Shanghai Mulai Turun
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Seorang wanita dengan bayi yang dikarantina melihat melalui jendela apartemen mereka, di tengah penguncian penuh Covid-19 kota di Shanghai, Cina, 27 April 2022. Kasus Kematian Covid-19 di Shanghai Mulai Turun

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pemerintah Kota Shanghai melaporkan kasus kematian akibat Covid-19 di pusat finansial itu bertambah 13 kasus, Rabu (4/5/2022). Turun dari hari sebelumnya yang sebanyak 16 kasus.

Kota itu juga melaporkan 4.390 kasus infeksi tanpa gejala baru turun dari hari yang sebelumnya yang sebanyak 4.722. Sementara kasus dengan gejala bertambah 261 naik satu kasus dari satu hari sebelumnya.

Baca Juga

Pada akhir bulan lalu, Beijing memperketat peraturan pembatasan sosial Covid-19 dengan menutup seluruh sekolah di kota itu. Ibu kota China tersebut berusaha mencegah penyebaran semakin meluas.

Biro Pendidikan Beijing memerintahkan semua sekolah mengakhiri kelas tatap muka. Belum diketahui kapan belajar di sekolah kembali dilakukan, apakah sekolah menyediakan kelas daring atau mengizinkan siswa yang menghadapi ujian penting kembali ke kelas.

Sekitar 30 persen kasus infeksi baru di Beijing terjadi di sekolah, klaster di enam sekolah dan dua taman kanak-kanak di Chaoyang. Warga yang tinggal di dua komplek perumahan di distrik Chaoyang, Beijing juga diminta tinggal di rumah. Sejumlah klinik dan bisnis juga ditutup. 

Beijing bergerak lebih cepat dibanding kota-kota China lainnya dalam memberlakukan peraturan pembatasan sosial meski angka kasus infeksi rendah dan wabah masih dapat ditangani. Tujuannya menghindari peraturan pembatasan sosial lebih ketat seperti Shanghai.

Kota berpenduduk 25 juta jiwa itu dilanda penyebaran virus korona varian Omicron. Banyak warga di Shanghai yang tidak bisa keluar rumah selama empat pekan lebih dan sekolah sudah digelar daring sejak bulan lalu.

Peraturan Covid-19 yang ketat memicu rasa frustasi dan kemarahan warga. Karena kelangkaan pangan dan kebutuhan dasar, ketidakmampuan rumah sakit menangani masalah kesehatan darurat lain dan buruknya pusat karantina dimana semua warga yang positif harus ditinggal. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement