Kamis 26 May 2022 17:39 WIB

Virolog: Perkuat Sosialisasi PHBS Cegah Cacar Monyet

Selain menginfeksi manusia, cacar monyet juga bisa menginfeksi hewan.

Red: Indira Rezkisari
 Foto dari mikroskop elektron yang dipasok Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 2003 memperlihatkan virus monkeypox penyebab cacar monyet. Belgia menerapkan aturan karantina 21 hari untuk penderita cacar monyet.
Foto: Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via
Foto dari mikroskop elektron yang dipasok Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 2003 memperlihatkan virus monkeypox penyebab cacar monyet. Belgia menerapkan aturan karantina 21 hari untuk penderita cacar monyet.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Virolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Daniel Joko Wahyono MBiomed mengatakan sosialisasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah virus cacar monyet (monkeypox) perlu terus diperkuat. Kebiasaan tersebut penting agar terhindar dari cacar monyet.

"Kendati hingga saat ini belum ada kasus cacar monyet di Indonesia namun sosialisasi tetap diperlukan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap virus cacar monyet," katanya, Kamis (26/5/2022).

Baca Juga

Daniel Joko Wahyono menjelaskan virus cacar monyet merupakan penyakit yang mirip dengan virus cacar manusia atau smallpox. "Penyakit virus cacar monyet ini termasuk penyakit virus yang baru atau 'emerging virus disease' yang mempunyai kemampuan menular atau menginfeksi pada inang baru yaitu dari inang asal monyet ke manusia. Penularan pada manusia pertama kali terjadi pada tahun 1970," katanya.

Dia menambahkan bahwa selain menginfeksi manusia, virus cacar monyet ini juga dapat menginfeksi hewan, contohnya anjing. "Penyakit cacar monyet ini juga dapat muncul pada wilayah baru yaitu pada wilayah bukan endemik habitat asli monyet di Afrika. Seperti wabah kasus penyakit cacar monyet juga terjadi di AS pada tahun 2003 yang ditandai dengan gejala klinis umum pada penderitanya berupa ruam pada kulit dan demam," katanya.

Biasanya, kata dia, penularan penyakit virus cacar monyet ini karena adanya interaksi dengan monyet yang sakit. "Sementara penularan antarmanusia bisa terjadi jika melakukan kontak erat dengan penderita cacar monyet melalui cairan dari saluran pernapasan, terkena luka cacar penderita maupun menyentuh benda yang terkontaminasi virusnya," katanya.

Dosen Fakultas Biologi Unsoed yang mengajar mata kuliah virologi itu juga menjelaskan bahwa virus cacar monyet ini merupakan anggota genus Orthopoxvirus yang merupakan keluarga (family) Poxviridae. "Seperti virus cacar manusia. Virus ini memiliki ciri khas genom untai ganda DNA. Virus dengan genom untai ganda DNA relatif tidak mudah mengalami mutasi, karena dalam mekanisme penggandaan atau replikasi genom virusnya memiliki kontrol terhadap mutasi yaitu proses 'proofreading' DNA," katanya.

Virus cacar monyet, kata dia, dapat dideteksi secara molekuler dengan teknik PCR guna mengetahui etiologi patogen penyakit. "Selain itu juga teknik sekuensing atau pengurutan DNA guna mengetahui strain virusnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement