Ahad 12 Jun 2022 08:58 WIB

Iran Klaim Penjualan Minyak Tetap Tinggi

Iran telah menjual 40 persen lebih banyak minyak mentah, turunan minyak, dan gas alam

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Kilang minyak (ilustrasi). Iran mengatakan penjualan minyaknya tetap pada tingkat yang relatif tinggi meskipun ada perubahan yang disebabkan oleh efek perang Ukraina dan sanksi Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut.
Foto: AP Photo/Jeri Clausing
Kilang minyak (ilustrasi). Iran mengatakan penjualan minyaknya tetap pada tingkat yang relatif tinggi meskipun ada perubahan yang disebabkan oleh efek perang Ukraina dan sanksi Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengatakan penjualan minyaknya tetap pada tingkat yang relatif tinggi meskipun ada perubahan yang disebabkan oleh efek perang Ukraina dan sanksi Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut. Menurut data Kementerian Perminyakan, negara ini mengekspor lebih dari satu juta barel minyak mentah dan kondensat gas per hari.

Kantor berita resmi pemerintah Iran IRNA menyatakan, Iran telah menjual 40 persen lebih banyak minyak mentah, turunan minyak, gas alam,  dan kondensat gas. Penjualan ini hanya dalam dalam dua bulan pertama tahun kalender Iran saat ini yang berakhir pada 21 Mei dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga

Pejabat senior dalam pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi telah berulang kali mengatakan penjualan minyak di bulan-bulan awal kepresidenannya telah melonjak 40 persen. Teheran menguangkan 7,5 juta dolar AS dalam penjualan produk minyak dan petrokimia dalam dua bulan pertama tahun kalender Iran, dilaporkan 60 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Kenaikan signifikan dalam harga minyak global terutama karena perang Ukraina menjadi alasan di balik kenaikan penjualan tersebut. Pemerintah Teheran mengatakan, alasan utamanya adalah peningkatan yang cukup besar dalam penjualan minyak aktual oleh pemerintah dan lebih banyak keberhasilan dalam menerima uang.

Kenaikan ini terjadi di tengah laporan bahwa ekspor minyak mentah Iran telah terpukul besar karena sanksi Barat terhadap Rusia telah mendorong pemerintah Vladimir Putin memompa minyaknya ke timur dengan diskon, peluang yang diambil oleh Cina sebagai pembeli terbesar barel Iran. Sanksi AS dan Eropa diberlakukan atas invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari dan diskon besar-besaran berikutnya terhadap minyak mentah Rusia, menurut perusahaan data dan analitik Kpler akhir bulan lalu, meninggalkan hampir 40 juta barel minyak Iran yang disimpan di kapal tanker di laut di Asia tanpa pembeli.

Kpler juga memperkirakan bahwa ekspor minyak mentah Iran di bawah satu juta barel per hari sebelum April dan hanya mengalami penurunan pada April karena efek perang Ukraina. Namun, pernyataan Kementerian Perminyakan Iran yang dikutip oleh IRNA membantah bahwa sementara ekspor minyak negara itu mungkin terpengaruh oleh perubahan pasar, mereka tidak akan menghadapi penurunan drastis dan hanya geografi pasar yang dapat berubah.

Kementerian Perminyakan Iran menegaskan bahwa mengalokasikan fasilitas untuk membuat minyaknya lebih menarik bagi pembeli,. Namun, Teheran menekankan bahwa penjualan minyak tidak akan pernah dilakukan tanpa terlebih dahulu memastikan kepentingan negara, dikutip dari Aljazirah.

Selain itu, Iran pun mengklaim penjualan minyak telah cukup kuat sehingga menutupi defisit anggaran negara tahun sebelumnya. Kondisi ini memungkinkan pemerintahan Raisi untuk menjalankan negara tanpa meminjam dari bank sentral, sebuah praktik yang telah menjadi pendorong utama inflasi yang tidak terkendali di seluruh dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement