REPUBLIKA.CO.ID, KEBON SIRIH -- Berbagai pendapat dilontarkan warga soal rencana kenaikan tarif bus Kopaja AC. Siska Sinaga (23), seorang warga, mendukung adanya rencana kenaikan tarif ini. Pasalnya tarif yang diajukan pihak Kopaja, yang sebesar Rp 6000, menurutnya masih dalam batas kewajaran. "Tarif Rp 6.000 itu normal, toh pakai AC. Yang tidak wajar itu Rp 2.000 tapi minta pakai AC," kata Siska kepada Republika, Senin (12/9).
Seharusnya, lanjut Siska, penumpang mau mengerti akan biaya yang dikeluarkan pihak Kopaja untuk pengoperasian bus. Biaya untuk AC, gaji karyawan, dan juga bahan bakar bus tidak akan tertutup apabila penumpang hanya dikenakan tarif Rp 2.000.
Namun, Siska meminta pihak Kopaja apabila tarif baru benar-benar ditetapkan, fasilitas yang diberikan haruslah maksimal. "Jangan sampai AC-nya tidak berasa ataupun busnya mogok," ucapnya. Ini karena warga telah mengeluarkan kocek lebih untuk naik bus kopaja ini.
Pendapat berbeda diungkapkan Mega Roulia (24) yang mengkhawatirkan rencana kenaikan tarif bus Kopaja AC. Ia mengatakan warga akan kehilangan transportasi massal yang nyaman namun berharga murah. Menurutnya, warga hanya diberi waktu yang sangat sebentar untuk menikmati layanan ini. "Baru juga sebentar merasakan bus yang nyaman, terus murah, masa sudah mau naik harganya," ucapnya dengan nada heran.
Awalnya dirinya mengapresiasi adanya pengoperasian bus ini. Hal ini lantaran bus Kopaja AC dinilainya merupakan program yang sangat baik untuk menjawab keinginan masyarakat mengenai transportasi umum yang layak. "Sempet seneng, tapi ada rencana tarifnya jadi Rp 6.000 jadi kecewa juga," kata Mega.
Tarif perkenalan sebesar Rp 2.000, menurut Mega tidaklah efektif. Sebab, perkenalan ini dirasakannya kurang. Lagipula rute yang dilewati bus ini hanya sedikit. "Kalau bisa, tarif tetap. Nah untuk menutup biaya operasional, carilah subsidi," himbaunya.