Kamis 22 Dec 2011 12:19 WIB

Operasional Feeder Bus Transjakarta tak Efektif

Rep: Nawang Fatma Putri/ Red: Chairul Akhmad
 Seorang penumpang turun dari Feeder Bus Transjakarta di kawasan Jl. Merdeka Barat, Jakarta.
Foto: Antara/Reno Esnir
Seorang penumpang turun dari Feeder Bus Transjakarta di kawasan Jl. Merdeka Barat, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Operasional feeder bus Transjakarta hampir memasuki bulan ketiga. Namun hingga hari ini, Kamis (22/12), angkutan yang berfungsi sebagai bus pengumpan bagi Bus Transjakarta tersebut masih tak banyak peminat.

Menurut Country Director Institute for Transportation and Developement Policy (ITDP), Yoga Adiwinanto, tak 'lakunya' angkutan pengumpan bus Transjakarta ini menurutnya disebabkan perencanaan awal operasional bus pengumpan ini meleset jauh.

"Keberadaan feeder ini sebenarnya diperuntukkan bagi calon penumpang yang hendak menuju ke koridor-koridor busway seperti koridor I (Blok M-Kota) dan Koridor IX (Pluit-Pinang Ranti). Tapi perencanaan ini ternyata meleset, karena penumpang sepi," ujar Yoga, Kamis (22/12).

Ia menuturkan, awalnya, satu feeder bus Transjakarta ditargetkan mampu mengangkut penumpang sebanyak 350 orang per hari. Dengan begitu, jumlah penumpang yang dapat diangkut oleh seluruh 15 armada bus pengumpan yang beroperasi adalah 5.250 orang per hari. "Tapi pada kenyataannya target ini meleset jauh, dan ini yang menyebabkan operasional feeder tak efektif," kata Yoga menambahkan.

Saat ini, kata Yoga, kenyataan di lapangan seluruh feeder bus Transjakarta hanya mampu mengangkut 500 penumpang per hari. Dengan kondisi 15 armada feeder yang ada sekarang, dapat diasumsikan bahwa satu armada hanya dapat mengangkut sekitar 30 penumpang per hari. "Nah, dibayangkan saja jika sehari hanya melayani 10 rit, berarti satu feeder hanya berhasil membawa tiga penumpang saja sekali angkut," ujar Yoga.

Hal senada dituturkan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Triwisaksana. Menurut pria yang akrab disapa Sani ini, 'tak laku'nya feeder bus Transjakarta ini disebabkan karena lemahnya perencanaan dari Dinas Perhubungan (Dishub) DKI. "Angkutan tersebut sepi karena perencanaan awalnya lemah," ujar Sani.

Meski begitu, lanjut Sani, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI tak akan mengalami kerugian, walaupun feeder bus Transjakarta sepi peminat. Hal ini karena yang menanggung biaya operasional bus pengumpan ini bukan Pemprov DKI, melainkan operator dari sektor swasta.

Kendati Pemprov DKI tak merugi akibat sepinya penumpang feeder bus Transjakarta ini, Sani tetap menilai operasional dan manajemen angkutan pengumpan tersebut perlu dievaluasi. "Jika tak dievaluasi akan percuma. Operator hanya akan rugi," tegas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement