REPUBLIKA.CO.ID, MANGGARAI - Dinas Perhubungan DKI Jakarta melalukan razia bajaj di Ibukota hari ini. Operasi tersebut mendapat dukungan dari para supir bajaj. Bahkan para supir bajaj setuju kalau bajaj tanpa dokumen lengkap dihancurkan.
Salah seorang sopir Bajaj, Muhammad Ishak (60) mengaku mendukung operasi yang dilakukan Dishub DKI Jakarta yang mengancam akan menghancurkan Bajaj tanpa surat lengkap alias bodong.
"Ya justru bagus. Itu artinya membantu mengurangi jumlah Bajaj bodong. Kita-kita yang punya surat lengkap, jadi bertambah rejekinya," ujar Ishak, saat berbincang dengan Republika di kawasan Manggarai, Senin (16/1).
Menurut pria yang tinggal di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan ini, dengan dimusnahkannya Bajaj-bajaj bodong tersebut, otomatis saingan mereka menjadi berkurang.
Ishak dan teman-temannya yang saat ditemui sedang ngetem menunggu penumpang ini bahkan tak segan menyebutkan Bajaj 'bodong' sebagai penghalang mereka meraih penumpang.
Ditanya soal operasi razia oleh Dishub DKI hari ini. Ishak mengaku, dirinya tidak takut jika memang harus bertemu petugas yang sedang melakukan sweeping. Ia bahkan dengan bangga, menunjukkan surat tanda lulus uji kelaikan kendaraan (KIR) hingga tanggal 7 Juni 2012, yang tertempel di 'badan' Bajajnya.
"Tapi prinsipnya satu. Razia ini harus benar. Jangan asal 'dikandangin' aja bajaj yang ditangkap, trus begitu dikasih 'tebusan' langsung bisa keluar. Makanya tadi saya bilang, kalau perlu, langsung hancurin saja," cetusnya. Sebab menurut pengalamannya, bajaj yang tertangkap razia baik oleh Dishub maupun Kepolisian, memang dapat ditebus, dengan memberikan sejumlah uang.
"Sudah rahasia umum di antara kita-kita. Biasanya kalau mau nebus bajaj, paling tidak harus menyiapkan duit Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. Tergantung mereka mintanya," ujar Ishak.