REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Sejumlah warga Bandarlampung menyebutkan mereka rela menggeluti pekerjaan sebagai penyapu jalan bertahun-tahun demi menyekolahkan anak-anaknya, meski jerih payah mereka itu "dihargai" pemerintah setempat dengan upah yang rendah. "Selain itu, saya tidak
sanggup melihat tempat yang kotor, sehingga itu pula yang mendorongku untuk tetap membersihkan lingkungan, seperti menyapu jalanan," kata Supartini (39), warga Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandarlampung, Ahad (17/4).
Supartini menyebutkan upahnya sangat kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi kehidupan
keluarganya. Dia mengaku telah bekerja sebagai penyapu jalan sejak lima tahun lalu. Ia membersihkan jalanan dari sampah pada pagi, siang dan sore hari.
Ibu dari tiga orang anak itu juga tetap berjanji membersihkan sampah dari jalanan, meski upahnya kecil dan kadang digoda oleh pengguna jalan. Namun, ia juga menyebutkan ada juga pengendara yang berbaik hati dan menghargai jasa mereka untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan kota Bandarlampung.
"Hal yang paling saya ingat adalah ketika pagi subuh sekali saat bersama anakku, saat baru memulai pekerjaan untuk menyapu jalanan, ada sebuah mobil berhenti dan memberikan sejumlah uang," kata dia.
Supartini mengatakan, kejadian itu membuatnya bahagia karena pada waktu itu sangat membutuhkan uang untuk membayar uang sekolah anaknya. "Penghasilan dari menyapu jalan tidak sanggup untuk membayar biaya anak sekolah, padahal saya sudah lama bekerja sebagai penyapu jalan," kata dia.
Dia menuturkan, setiap pagi bila anaknya belum sekolah, mereka selalu ingin membantunya untuk membersihkan jalanan dari sampah. "Saya tidak ingin mengajak mereka karena mereka harus tetap melanjutkan sekolah. Namun mereka ingin menolong orang tuanya," kata ibu dari anak berusia 12 tahun, 10 tahun dan 8 tahun itu.
Sekolahkan setinggi mungkin Meski Supartini hanya berpendidikan SD dan bekerja sebagai penyapu jalan, ia bersikukuh untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. "Mereka harus bersekolah tinggi dan harus lebih dari ibunya yang hanya lulusan Sekolah Dasar ini," katanya.
Ia menambahkan, suaminya hanya seorang penarik becak yang penghasilannya tidak menentu, sedangkan saat ini sudah banyak warga yang memakai motor. Supartini yang menyapu Jalan Sultan Agung dan Way Halim bersama lima temannya, mengungkapkan harapan mereka agar Pemkot Bandarlampung memperhatikan kesejahteraan para penyapu jalan dan tukang sampah.
"Menyapu jalan adalah pekerjaan yang selalu berhubungan dengan sampah. Bagi kami sebagai perempuan, pekerjaan ini sangat mulia," kata salah satu penyapu jalan lainnya, Eka.
Eka mengatakan, selama ini yang selalu membersihkan jalanan kebanyakan adalah kaum perempuan. Ia menyebutkan sebagian di antara mereka sudah ada yang bekerja sebagai penyapu jalan di atas 10 tahun namun ternyata pemerintah setempat kurang memperhatikan nasib mereka.
Janda beranak satu itu mengatakan setiap hari harus bekerja untuk menghidupi kebutuhan anaknya. "Anak saya saat ini masih SD sehingga butuh biaya tambahan untuk dapat meneruskan kejenjang selanjutnya," kata dia.
Sehubungan itu, dia dan para penyapu jalan lainnya mengharapkan pemerintah memberikan keringanan biaya agar sekolah anak-anak mereka tidak terputus di tengah jalan.