REPUBLIKA.CO.ID,TIMIKA--Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menegaskan pengamanan areal objek vital nasional (Obvitnas) PT Freeport Indonesia tetap menjadi perhatian serius jajaran TNI dan Polri. Berbicara kepada wartawan di Timika, Jumat, Agus Suhartono mengatakan kebersamaan TNI dan Polri dalam melakukan pengamanan PT Freeport Indonesia terus dilakukan di masa-masa mendatang.
"TNI terus memberikan dukungan kepada Polri untuk pengamanan objek vital PT Freeport Indonesia," kata Agus Suhartono usai menggelar pertemuan dengan jajaran prajurit TNI dan Polri di Markas Brimob Detasemen B Polda Papua Timika.
Panglima TNI menegaskan, dalam melakukan pengamanan areal PT Freeport Indonesia, jajaran kepolisian tidak boleh sungkan-sungkan meminta bantuan pengamanan dari kalangan TNI setempat.
"Saya sudah sampaikan kepada jajaran kepolisian bahwa meminta bantuan bukan berarti tidak mampu, tetapi bagaimana mensinergikan kekuatan dan kemampuan agar lebih efektif dan efisien dalam melakukan pengamanan areal obyek vital PT Freeport," jelasnya.
Dalam pertemuan dengan jajaran prajurit TNI dan Polri di Timika tersebut, menurut Panglima TNI, pihaknya telah mendapat pemaparan dari Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Eri Triasunu dan Kapolda Papua Irjen Pol Bekto Suprapto tentang situasi dan sistem pengamanan di areal Freeport selama ini. "Sudah kita evaluasi mana yang 'bolong-bolong' agar segera ditutup dan hal itu akan dilakukan oleh Polda Papua dan Kodam Cenderawasih," jelas Agus.
Sistem pengamanan areal PT Freeport Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menjadi pertanyaan banyak kalangan di Mimika lantaran seringnya terjadi kasus teror penembakan oleh orang tak dikenal terhadap kendaraan yang ditumpangi karyawan PT Freeport.
Kendati aparat yang bertugas melakukan pengamanan PT Freeport terus ditambah (gabungan personel TNI dan Polri), bahkan bus karyawan dikawal ketat oleh aparat keamanan dengan senjata lengkap sepanjang ruas jalan Timika-Tembagapura dan sebaliknya, namun kasus teror penembakan tidak pernah berhenti.
Terakhir teror penembakan oleh orang tak dikenal kembali mengguncang perusahaan tambang emas, tembaga dan perak itu pada awal April 2011. Saat itu dua pejabat teras Departemen Security and Risk Manajemen (SRM) PT Freeport, Daniel Mansawan dan Hari Siregar ditemukan tewas terpanggang bersama kendaraan yang mereka tumpangi di ruas jalan Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro, tepatnya di Mil 37 MA 220.
Hingga saat ini pelaku yang terlibat kasus kematian almarhum Daniel dan Hari itu belum bisa diungkap secara tuntas oleh pihak kepolisian.