REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG—Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang diminta untuk mengendalikan kualitas lingkungan dan laju erosi menyusul telah diresmikannya pembangunan fisik Waduk Jatibarang, Semarang.
Hal ini untuk mempertahankan fungsi dan manfaat infrastruktur yang didesain sebagai waduk multiguna. Yakni untuk pengendali banjir dan sumber baku air bersih bagi warga Kota Semarang tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto kepada wartawan, usai meresmikan pembangunan fisik Waduk Jatibarang, di Kecamatan Mijen, Semarang, Sabtu (13/8).
Menurut Djoko, keberadaan Waduk Jatibarang memiliki manfaat yang multiguna untuk warga Kota Semarang. Untuk itu, ia meminta kepada Pemkot Semarang untuk megendalikan kualitas lingkungan dan erosi agar usia waduk ini bisa lebih panjang.
Misalnya mengendalikan penghijauan di kawasan tangkapan air. Upaya ini untuk menekan terjadinya sedimentasi waduk. Pasalnya sedimentasi akan mempengaruhi usia pemanfaatan waduk.
“Sehingga sedimentasi yang terjadi di waduk ini tidak akan terjadi lebih cepat, usia pemanfaatan waduk bisa cukup panjang,” ungkap Djoko yang didampingi oleh Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo.
Sementara itu, peresmian Waduk Jatibarang ditandai dengan penutupan aliran air Sungai Kreo oleh Djoko Kirmanto dan Gubernur Jawa Tengah. Dengan penutupan ini, aliran Sungai Kreo selanjutnya dialihkan ke terowongan pengelak sepanjang 441 meter.
Peresmian ini sekaligus menandai diawalinya pembuatan tapak bendung waduk multiguna yang didesain memiliki daya tampung air hingga 20,4 juta meter kubik ini. Sementara itu, Bibit Waluyo mengatakan, kemajuan pembangunan waduk Jatibarang ini telah mencapai 26,1 persen.