REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bom bunuh diri kembali terjadi. Kali ini, bom meledak di gereja di Solo, Jawa Tengah. Menanggapi hal ini, anggota Komisi I bidang Hukum Keamanan dan Intelijen, Tjahjo Kumolo meminta agar inteligen dan aparat keamanan serius menangani hal ini.
"Jangan sampai beribadah saja masyarakat merasa tidak tenang dan tidak ada rasa aman," katanya, Ahad (25/9).
Bom bunuh diri di Solo semakin memperlihatkan pemerintah telah gagal. Ia melihat aparat kemanan dan intelijen selalu kecolongan. Hal ini semakin diperparah dengan tidak adanya keterangan jelas kelompok mana yang dianggap sebagai kawan dan kelompok mana yang dianggap musuh.
Terlebih lagi, jika menyangkut permasalahan tindak kekerasan atas nama agama. "Itu adalah kejahatan kemanusiaan," katanya menegaskan.
Menurutnya, aksi-aksi pemboman di Indonesia tergolong berbeda dibandingkan aksi serupa di luar negeri. Di sana, pasti ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan.
"Maka, orang pun pada akhirnya hanya berspekulasi soal pelaku dan motif terkait kelompok mana yang terlibat dalam aksi tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, sebuah bom bunuh diri meledak pada 10.53 WIB di Gereja Bethel Injil Sepuluh Kepunton, Jl Arief Rahman Hakim No 49 Jebres, Solo. Pelakunya diduga laki-laki berumur 30 tahun, memakai baju putih, celana panjang warna hitam, dan memakai sepatu kets. Sekarang polisi sedang melakukan proses penyelidikan.