REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH - Hera Wati (15) masih berusia 8 tahun ketika bencana gempa dan tsunami Aceh menerjang wilayah tempat tinggal keluarga. Tsunami telah memisahkan Hera Wati dari keluarganya selama tujuh tahun.
Hera Wati tidak hanya sedih karena berpisah dengan keluarganya selama bertahun-tahun. Gadis berambut cepak itu juga harus menjalani hari-hari penuh penderitaan. Sang ibu angkat, Fatimahsyam, membawa Hera Wati ke Kota Banda Aceh dan memaksanya menjadi pengemis jalanan.
"Saya tinggal di rumah gubuk kecil. Setiap hari bekerja, sorenya pulang lagi ke rumah. Nama desanya nggak tahu," kata Hera Wati.
Hera Wati sempat meminta pulang kepada Fatimahsyam, tapi tidak dikasih izin. Hera Wati pun tidak tahu alamat pasti rumah orangtuanya. Dia hanya tahu sang kakek, Ibrahim, tinggal di Meulaboh tanpa tahu alamat persisnya.
Hera Wati akhirnya nekat kabur dari gubuk yang telah 'memenjaranya' selama tujuh tahun sejak bencana tsunami menghempaskan Aceh pada 26 Desember 2004. ''Saya bisa pulang ke Meulaboh karena nekat kabur,'' tuturnya.
Sayangnya saat ditanyai alamat keberadaannya di kota Banda Aceh, Hera Wati sama sekali tidak tahu nama desanya. Hera Wati sama sekali tidak tahu lokasi tempat ia pernah tinggal selama tujuh tahun.