Senin 04 Jul 2022 17:00 WIB

Para Korban Tinder Swindler Kolaborasi Galang Kampanye

Keluarga Leviev, taipan berlian Israel, bergabung dengan korban Tinder Swindler.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Film dokumenter Netflix, The Tinder Swindler, ungkap perjuangan korban penipuan miliarder gadungan yang menjalin kisah cinta dengan mereka setelah berkenalan di Tinder.
Foto: Netflix
Film dokumenter Netflix, The Tinder Swindler, ungkap perjuangan korban penipuan miliarder gadungan yang menjalin kisah cinta dengan mereka setelah berkenalan di Tinder.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa korban dari pelaku penipuan di aplikasi Tinder yang diungkap lewat film dokumenter Tinder Swindler memutuskan berkolaborasi. Mereka menggalang kampanye khusus untuk memperingati peristiwa itu.

Cecilie Fjellhøy dari Norwegia, Pernilla Sjöholm dari Swedia, dan Ayleen Charlotte dari Amsterdam sama-sama menjadi korban penipuan Shimon Hayut. Hayut mengaku sebagai Simon Leviev, putra dari "raja berlian" Israel Lev Leviev untuk memeras para perempuan itu.

Baca Juga

Kini, Fjellhøy bersama Sjöholm dan Charlotte bekerja sama dengan CEO Leviev Diamonds, Chagit Leviev, yang merupakan putra Lev yang sesungguhnya. Mereka merancang gelang "Stronger Together" dengan emas dan berlian, menyimbolkan kekuatan kolaborasi.

Gelang itu dibanderol seharga 169 dolar AS (sekitar Rp 2,5 juta). Hasil penjualan dimaksudkan untuk menutup kerugian finansial Fjellhøy, Sjöholm, dan Charlotte. Sebanyak 10 persen dari keuntungan disisihkan untuk amal.

Inisiatif itu diawali oleh Chagit Leviev, yang nama keluarganya dicatut oleh Hayut. Setelah menonton Tinder Swindler di Netflix, Leviev berusaha menghubungi para perempuan yang menjadi korban penipuan.

Leviev mengaku terkejut mendapati keluarga dan perusahaannya disebut-sebut dalam film, bahkan tayangan dokumenter itu menampilkan foto keluarganya. Leviev juga sedih melihat apa yang dialami para korban akibat manipulasi Hayut.

"Dia menyamar sebagai CEO perusahaan ini. Sangat disayangkan, dan kami merasa sangat menyesal. Tapi saya juga bangga mereka berani membicarakannya di depan seluruh dunia untuk mencoba melawan pria itu," ujarnya.

Leviev mengaku keluarganya sudah mencoba melawan Hayut selama bertahun-tahun, namun tidak dapat menghentikannya. Terungkapnya kejahatan dan kebohongan Hayut dalam film dokumenter menunjukkan kekuatan dari keberanian berbagi cerita dan pengalaman.

Itu sebabnya Leviev berpikir bisa menciptakan sesuatu bersama di mana para korban bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan. Selain Fjellhøy, Sjöholm, dan Charlotte masih banyak perempuan lain yang jadi korban Hayut.

Menurut laporan, Hayut diduga telah menipu sekitar 10 juta dolar AS (sekitar Rp 149,75 miliar) dari orang-orang di seluruh dunia dari 2017 hingga 2019. Sejak 2011, Hayut sudah meninggalkan negara asalnya, Israel untuk menghindari suatu hukuman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement