Jerman telah beralih ke tahap dua dari tiga tahap rencana darurat penanganan gas, yang merupakan satu langkah sebelum pemerintah menjatah konsumsi bahan bakar. Berlin juga memperingatkan tentang adanya resesi jika aliran gas Rusia dihentikan.
Pukulan terhadap ekonomi bisa mencapai 193 miliar euro (sekitar Rp 2.929 triliun) pada paruh kedua tahun ini, berdasarkan data dari asosiasi industri vbw negara bagian Bavaria, bulan lalu. "Penghentian tiba-tiba impor gas Rusia juga akan berdampak signifikan terhadap tenaga kerja di Jerman. Sekitar 5,6 juta pekerjaan akan terpengaruh oleh konsekuensinya," kata Bertram Brossardt, direktur pelaksana vbw.
Efeknya akan lebih luas lagi. Penghentian total akan membuat harga gas Eropa lebih tinggi lebih lama, karena telah berpengaruh pada industri dan rumah tangga.
Sementara itu, harga gas grosir Belanda telah meningkat lebih dari 400 persen sejak Juli lalu. "Jika Nord Stream terputus, atau jika Jerman kehilangan semua impor Rusia, maka efeknya akan terasa di seluruh Eropa barat laut," kata Menteri Energi Belanda Rob Jetten.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pekan lalu, dia mengatakan ladang gas Groningen di Belanda masih dapat dipanggil untuk membantu negara-negara tetangga jika terjadi pemutusan total pasokan Rusia, tetapi meningkatkan produksi akan berisiko menyebabkan gempa bumi.
Penghentian pasokan melalui Nord Stream 1 akan merugikan Rusia serta Eropa Barat. Kementerian Keuangan Rusia telah mengatakan pada Juni bahwa mereka mengharapkan untuk menerima 393 miliar rubel (Rp 93,6 triliun) lebih banyak pendapatan minyak dan gas daripada perkiraan dalam perencanaan anggarannya. Untuk Juli, mereka mengharapkan 259 miliar rubel (Rp 63,5 triliun) lebih banyak dari rencana anggaran yang diproyeksikan.
"Pemeliharaan yang diperpanjang juga dapat mengakibatkan lebih banyak penghentian produksi gas Rusia," kata Goldman Sachs.