REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Polisi militer melakukan penggerebekan besar-besaran di daerah kumuh Rio de Janeiro. Sedikitnya tiga orang tewas pada Kamis (21/7/2022).
Tim taktis dari polisi sipil dan militer Rio de Janeiro menggerebek kompleks Alemao untuk menjatuhkan dugaan organisasi kriminal. Menurut polisi militer, kelompok ini diduga terlibat dalam pencurian kargo dan perampokan bank yang merencanakan serangan ke daerah kumuh saingan.
Polisi militer mengatakan sekitar 400 petugas terlibat, dengan dukungan dari empat pesawat dan 10 kendaraan lapis baja. Setidaknya tiga orang meninggal yakni satu petugas polisi dan dua tersangka penjahat. Seorang perempuan juga terluka dalam serangan ini. Laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan jumlah korban meninggal bisa meningkat secara signifikan.
Pasukan polisi negara bagian Rio secara teratur melakukan penggerebekan mematikan di daerah kumuh kota yang luas. Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah lama mendukung taktik keras polisi dalam memerangi kejahatan terorganisir. Dia beralasan gangster harus mati seperti kecoak.
"Ada tanda-tanda pelanggaran hak asasi manusia besar dan kemungkinan ini menjadi salah satu operasi dengan jumlah kematian tertinggi di Rio de Janeiro," kata kantor pembela umum Rio dalam sebuah pernyataan.
Setelah penggerebekan, penduduk setempat terlihat membawa orang-orang yang terluka ke bagian belakang kendaraan untuk dibawa ke rumah sakit sementara polisi mengawasi. Gilberto Santiago Lopes dari Komisi Hak Asasi Manusia Anacrim mengatakan polisi menolak membantu.
"Kami harus membawa mereka pergi dengan truk minuman dan kemudian menandai penduduk setempat di mobil mereka untuk membawa mereka ke rumah sakit," kata Lopes.
"Polisi tidak bertujuan untuk menangkap mereka, mereka bertujuan untuk membunuh mereka. Jadi jika mereka terluka, mereka pikir mereka tidak pantas mendapatkan bantuan," ujarnya.
Warga sekitar pun marah dan membentak polisi. "Kami takut tinggal di sini," teriak seorang warga setelah penggerebekan.
"Di mana kita? Afghanistan? Dalam perang? Di Irak? Jika mereka menginginkan perang, kirim mereka ke Irak," ujarnya.