Ahad 28 Aug 2022 18:46 WIB

Pembakaran Platik di Gaza Dikhawatirkan Berdampak pada Lingkungan

Pembakaran plastik tersebut menjadi solusi ekonomi dan praktis di Gaza.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
 Warga Palestina mencari di antara puing-puing sebuah bangunan (ilustrasi)
Foto: AP/Yousef Masoud
Warga Palestina mencari di antara puing-puing sebuah bangunan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  GAZA -- Warga Gaza yang tinggal di salah satu daerah termiskin di Timur Tengah membakar plastik untuk membuat solar dengan harga yang terjangkau. Pasalnya, di kawasan itu harga bahan bakar sangat tinggi.

Dilansir Arabnews, Ahad (28/8/2022), pembakaran plastik tersebut menjadi solusi ekonomi dan praktis di wilayah yang diblokade oleh Israel selama 15 tahun. Namun, menurut para ahli, pembakaran plastik tersebut dapat menimbulkan risiko lingkungan dan kesehatan yang serius.

Baca Juga

Direktur Institut Nasional untuk Lingkungan dan Pembangunan Gaza, Ahmed Hillis khawatir akan bencana lingkungan dari industri yang tidak diatur ini. “Metode yang digunakan belum sempurna dan sangat berbahaya bagi pekerja, terutama karena mereka menghirup asap beracun,” katanya kepada AFP.

Menurut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pembakaran plastik melepaskan dioksin, merkuri, dan gas beracun lainnya yang menimbulkan ancaman bagi tumbuh-tumbuhan, kesehatan manusia, dan hewan.

Hillis menambahkan, bahaya lain dari pembakaran plastik, yang berasal dari hidrokarbon minyak bumi. “Tangki adalah bom waktu karena bisa meledak dari panas,” jelas dia.

Berdiri di depan mesin logam berkarat dan wadah bahan bakar, seorang warga Gaza, Mahmoud Al-Kafarneh menggambarkan bagaimana dia dan saudara-saudaranya membuat proyek daur ulang plastik tersebut.

“Kami mulai bereksperimen untuk mengimplementasikan proyek pada tahun 2018, melalui pencarian di Internet,” ujar Kafarneh kepada AFP, di lokasi di daerah Jabalia, Gaza utara.

“Kami gagal beberapa kali, Setelah delapan bulan baru kami berhasil mengekstraksi bahan bakar,” jelasnya.

Pengaturan penyulingan menampilkan serangkaian tangki yang tampak mentah dan pipa penghubung yang dipasang di luar di tanah. Prosesnya dimulai dengan pembakaran kayu dalam tungku di bawah tangki besar yang tertutup tanah, yang menampung hingga 1,5 ton cacahan plastik.

Ketika plastik meleleh, uap mengalir melalui pipa ke tangki air di mana mereka mendingin dan menetes sebagai bahan bakar ke dalam wadah, siap untuk dijual.

Asap hitam abu-abu keluar dari beberapa pipa yang memanjang di atas tungku dan tangki yang menahan plastik. Hanya beberapa pekerja yang memakai masker wajah dan sarung tangan saat mereka melelehkan sekantong plastik robek. Pakaian mereka bernoda hitam.

Kafarneh mengatakan, tidak ada yang mengalami masalah kesehatan sejak mulai bekerja di lokasi, yang terletak di samping pohon zaitun dan jauh dari bangunan tempat tinggal. “Kami mengikuti semua prosedur keselamatan di tempat kerja,” kata Kafarneh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement