Rabu 31 Aug 2022 15:34 WIB

Skenario Empat Poros Koalisi pada Pilpres 2024

Skenario empat poros koalisi berdasarkan analisis terhadap situasi politik terkini.

Red: Andri Saubani
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda (kiri) memaparkan hasil survei nasional proyeksi kandidat kuat Pilres 2024 disaksikan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk (tengah) dan Pakar Politik Universitas Paramadina Djayadi Hanan di Jakarta, Kamis (9/6/2022). Dari survei yang dilakukan dari 16-22 Mei 2022 dengan 1.220 responden, Poltracking Indonesia menyatakan dari simulasi tiga nama calon presiden, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi yang tertinggi sebesar 30,6 persen, disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebesar 26,8 persen kemudian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 19,8 persen.
Foto:

Apakah PDIP akan sendiri alias tanpa koalisi pada Pilpres 2024? Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, bahwa politik jelang Pilpres 2024 masihlah sangat dinamis. Jikapun nantinya PDIP memutuskan berkoalisi, Hasto melanjutkan, PDIP memperhatikan sejumlah aspek dalam berkoalisi dengan partai politik untuk Pilpres 2024.

"Saya tegaskan bahwa matematika yang kompleks itu nanti bisa menjadi lebih sederhana, karena aspek historis, aspek ideologi, aspek skenario masa depan bagi bangsa, dan juga wisdom dari para pimpinan partai politik di dalam mengkonsolidasikan dirinya," ujar Hasto di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Selain itu, ia menyebut adanya faktor X yang membuat PDIP ingin berkoalisi dengan partai politik. Namun, Hasto tak menjelaskan lebih rinci maksud faktor X yang membuat partai berlambang kepala banteng itu akan berkoalisi.

"Arahnya itu kan nanti tergantung dari faktor X tadi, yang nanti akan mendorong konsolidasi," ujar Hasto.

Adapun saat ini, ia meminta partai politik yang ada di Indonesia untuk fokus membantu Presiden Joko Widodo mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang terjadi. Pasalnya ia yakin, kepuasan terhadap pemerintahan akan berimplikasi positif kepada partai politik.

"Kalau kepuasan Pak Jokowi naik setinggi-tingginya, di situ ada Gerindra, ada PAN, ada Golkar, ada PDI, ada Nasdem, semua kan dapat manfaatnya dalam konteks politik itu berdedikasi bagi bangsa dan negara," ujar Hasto.

"Sehingga saat ini kita semua sepakat untuk mendorong kepuasan setinggi-tingginya melalui prestasi pemerintahan yang mencerminkan kerja sama besar ini, dan membawa stabilitas politik dan ekonomi ketika Pemilu itu dilaksanakan," sambungnya.

Adapun, salah satu partai yang belakangan mengumumkan sembilan bakal capres 2024, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan, akan mengerucutkannya menjadi lima atau tiga nama. Intinya, partai berlambang matahari itu akan mendukung sosok capres yang dapat memberikan efek ekor jas atau coattail effect di pemilihan umum (Pemilu) 2024.

"Saya kira kita terbuka untuk melihat di mana kemungkinan PAN itu bisa berkontribusi menambah kekuatan dan di mana calon itu bisa memberikan coattail effect pada PAN," ujar Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno di Jakarta, Rabu.

Coattail effect itulah yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam proses pengerucutan sembilan bacapres di forum internal PAN. Setelah dikerucutkan, nama-nama tersebut akan disampaikan kepada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

"Supaya ada coattail effect, supaya ada waktu untuk mengintegrasikan kerja sama di antara mereka dan nanti juga capres-cawapres bisa memberikan coattail effect pada partainya. Kita masih punya waktu satu tahun untuk melakukan hal tersebut," ujar Eddy.

Di samping itu, KIB disebutnya masih terbuka dengan semua nama potensial capres dan partai politik yang ingin bergabung koalisinya. Menurutnya, kerja sama politik haruslah menghasilkan kemenangan untuk Pemilu 2024.

"Untuk bekerja sama dg si A, si B, parpol D, parpol C, jadi kita terbuka. Bagaimana kita bisa bekerja sama untuk menghasilkan koalisi winning team atau dream team yang bisa mengusung pasangan capres-cawapres ke depannya," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.

Berdasarkan survei Poltracking Indonesia, bakal capres dengan elektabilitas teratas masih ditempati oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Setelah Ganjar, bakal capres dengan angka dua digit adalah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

"Ada tiga kandidat terkuat dengan elektabilitas dua digit, yaitu Ganjar Pranowo (26,6 persen), Prabowo Subianto (19,7 persen), dan Anies Baswedan (17,7 persen)," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR dalam rilis surveinya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu.

Elektabilitas delapan nama lainnya berada di bawah 10 persen, yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (4,7 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (3,9 persen), dan Menteri BUMN Erick Thohir (2,8 persen). Selanjutnya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (2,4 persen), Ketua DPR Puan Maharani (2,2 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (2,2 persen), dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (1,7 persen).

"Tidak mau menjawab atau merahasiakan 7,2 persen. Tidak tahu atau tidak jawab 8,9 persen," ujar Hanta.

Poltracking Indonesia juga memaparkan elektabilitas nama-nama yang potensial sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Pilpres 2024. Teratas adalah Ridwan Kamil dengan elektabilitas sebesar 12,6 persen.

Selanjutnya adalah Sandiaga (11,9 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (11,7 persen), dan Erick (10,8 persen). Sisanya adalah Puan (6,5 persen), Khofifah (5,4 persen), dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa (3,7 persen).

"Muhaimin Iskandar 2,7 persen, Airlangga Hartarto 1,7 persen, Mahfud MD 1,7 persen," ujar Hanta.

 

photo
Serangan Elite PDIP kepada Ganjar Pranowo - (infografis republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement