REPUBLIKA.CO.ID, SELANGOR--Indonesia masih berduka atas berpulangnya cendikiawan muslim Prof Azyumardi Azra pada Ahad (18/9/2022) lalu di RS Serdang Selangor Malaysia. Berbagai tokoh, politisi, akademisi hingga aktivis yang pernah berhubungan dengan guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tersebut mengungkapkan rasa kesedihan dan kehilangan atas cendekiawan yang dikaguminya itu.
Namun, kelancaran proses pengurusan jenazah Prof Azyumardi di negeri tersebut tidak terlepas dari peran berbagai kalangan selain KBRI Kuala Lumpur. Salah satunya adalah Ikatan keluarga Madura (IKMA), perkumpulan pekerja mingran Indonesia (PMI) yang sudah berdiri sejak 2016 serta kegiatan Tajhiz (pengurusan jenazah). "Kami awalnya berorganisasi demi membantu warga Madura yang jumlahnya ratusan ribu di Malaysia," kata Jatim yang menjadi ketua IKMA.
Sebelum pandemi, berbagai kegiatan sosial dilakukan dari iuran warga Madura juga. Sampai saat ini solidaritas tersebut cukup tinggi. Pada saat Covid-19, pihaknya mencoba membantu masyarakat Madura dan PMI lainnya yang sangat terdampak semampunya. Meski pada kenyataannya banyak pengurus IKMA yang harus kembali ke Tanah Air karena tidak ada pekerjaan.
Kini setelah pandemi mulai terkendali di Malaysia, kegiatan IKMA dan Tajhiz kembali dikembangkan. Menjadi organisasi PMI yang cukup besar, membuat KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia kerap berkoordinasi dengan IKMA. "Program yang dijalankan IKMA dan Tajhiz sudah diketahui pihak KBRI Malaysia, termasuk Sanggar Belajar anak PMI dan pengurusan jenazah. Pihak kedutaan kerap berkomunikasi dengan kami untuk mendengar masukan atas suatu permasalahan yang dihadapi PMI di Malaysia," kata Jatim.
Menurut Amin Shabana, salah seorang mahasiswa program doktoral di Malaya University, Jumat (23/9/2022) IKMA mampu mengelola unit usaha untuk membantu warga Madura yang mendapat kemalangan berupa sakit hingga kematian. Usaha yang dijalankan tersebut bernama Tajhiz Service SDN. Bhd. Jika awal pembentukan Tajhiz hanya membantu warga Madura, saat ini terbuka bagi semua PMI di Malaysia. Meski tergolong baru, salah satu jasa yang mereka berikan adalah membantu kepulangan jenazah warga negara Indonesia yang meninggal di Malaysia ke tanah air. Yang mengejutkan setidaknya teryata 1-2 warga negara Indonesia setiap hari diterima di Tajhiz dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Seusai pengantaran jenazah Prof Azymardi Azra, pengurus Tajhiz merasakan betapa dicintainya cendekiawan yang meraih gelar kehormatan Commander of The Order of British Empire (CBE) dari mendiang Ratu Elizabeth II ini bagi bangsanya. "Mereka sangat bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari proses kepulangan Pahlawan Bangsa ini. Proses yang mengantarkan Sang Guru Bangsa pulang ke negeri, sahabat dan keluarga yang menyayanginya," kata Amin.