Kamis 06 Oct 2022 04:15 WIB

Bangladesh Investigasi Penyebab Padamnya Listrik Nasional Selama 10 Jam

80 persen wilayah Bangladesh mengalami pemadaman listrik selama 10 jam

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Padamnya listrik di Bangladesh telah menghentikan sektor garmen dan layanan telekomunikasi selama sekitar 10 jam.
Foto: Reuters
Padamnya listrik di Bangladesh telah menghentikan sektor garmen dan layanan telekomunikasi selama sekitar 10 jam.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pejabat Bangladesh pada Rabu (5/10/2022) menyelidiki penyebab padamnya listrik di sekitar tiga perempat negara. Padamnya listrik telah menghentikan sektor garmen dan layanan telekomunikasi selama sekitar 10 jam. Listrik telah pulih sepenuhnya sebelum tengah malam pada Selasa (4/10/2022).

"Kami menduga saluran transmisi mengalami gangguan teknis yang menyebabkan serangkaian kegagalan di seluruh jaringan listrik nasional," ujar pejabat tinggi di divisi sel listrik pemerintah, Mohammad Hossain, kepada Reuters.

Jaringan tidak berfungsi pada Selasa (4/10/2022) sekitar pukul 14.00 siang waktu setempat, sehingga 80 persen wilayah Bangladesh mengalami pemadaman listrik. Padamnya listrik juga menyebabkan operasional telekomunikasi dan industri garmen yang berorientasi ekspor terhenti.

Kegagalan jaringan umumnya terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan. Kegagalan jaringan juga terjadi karena perubahan pola penggunaan daya yang tidak terduga atau tiba-tiba.  Sekretaris divisi listrik Habibur Rahman mengatakan, para pejabat sedang menyelidiki kemungkinan bahwa kegagalan itu berasal dari gardu induk dekat Ghorashal, yang terletak 40 kilometer dari Ibu Kota, Dhaka.

"Tim investigasi kami ada di Ghorashal sekarang. Setelah kami mendapat laporan dari mereka, kami akan tahu apa penyebabnya," kata Rahman.

Bangladesh menghasilkan tiga perempat listriknya dari gas alam yang diimpor. Bangladesh sering menghadapi pemadaman listrik tahun ini, karena pihak berwenang menjatah pasokan gas di tengah harga global yang tinggi yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement