REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media pemerintah China melaporkan mantan Presiden Jiang Zemin meninggal dunia di usia 96 tahun. Zemin memimpin Cina di tengah pertumbuhan ekonomi pesat China usai peristiwa Tiananmen tahun 1989.
Kantor berita Xinhua melaporkan Jiang meninggal dunia di rumahnya di kota Shanghai pada Rabu (30/11/2022) sore karena leukimia dan kegagalan sejumlah organ. Dalam laporannya Xinhua merilis surat dari Partai Komunis, parlemen, Kabinet dan militer untuk rakyat China.
"Kematian Kamerad Jiang Zemin kehilangan tak terhingga bagi Partai dan militer dan semua kelompok etnis kami," kata surat tersebut sambil mengatakan pengumuman kematiannya disertai "duka yang mendalam."
Kematian Jiang bertepatan saat China sedang bergejolak, pihak berwenang berusaha memadamkan unjuk rasa yang jarang terjadi di Negeri Tirai Bambu sejak Presiden Xi Jinping berkuasa. Masyarakat mulai marah dengan kebijakan tanpa toleransi Covid-19 yang diterapkan China.
Kebijakan ini menjadi ciri pemerintah Xi Jinping dalam menangani krisis kesehatan. Baru-baru ini ia menegaskan masa jabatan yang ketiga, Xi menjadi pemimpin China paling berkuasa sejak Mao Zedong dan sejak mengganti Hu Jintao yang menggantikan Jiang, ia membawa China ke arah yang semakin otoriter.
Saat ini China juga sedang mengalami perlambatan ekonomi yang tajam. Salah satu alasannya peraturan Covid-19 yang terlalu ketat.
Sejumlah pengguna media sosial Weibo menggambarkan kematian Jiang sebagai sebuah berakhirnya suatu era. Jiang masih tokoh berpengaruh setelah pensiun dari politik pada tahun 2004.
"Saya sangat sedih, tidak hanya karena ia meninggal dunia, tapi juga saya merasa era itu sudah berakhir," kata salah satu pengguna Weibo dari Provinsi Henan.
"Seolah-olah apa yang sedang terjadi belum cukup, 2022 memberitahu rakyat jalan yang lebih brutal telah berakhir," kata pengguna asal Beijing di Weibo.