REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sekretaris Menteri Luar Negeri bidang Politik Amerika Serikat (AS) Victoria Nuland mengatakan Presiden Vladimir Putin tidak tulus mengenai perundingan damai dengan Ukraina. Pasalnya Rusia membawa perang di Ukraina ke tingkat "barbar" yang baru.
Nuland bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan pejabat senior Ukraina lainnya di Kiev. Kunjungan diplomat senior AS ini untuk menunjukkan dukungan saat Rusia mencoba menghancurkan infrastruktur energi di Ukraina.
"Diplomasi jelas tujuan semua orang tapi anda harus memiliki mitra yang bersedia, dan sudah jelas, baik dari serangan ke energi, retorika yang disampaikan Kremlin dan sikap para jenderalnya, bahwa Putin tidak tulus atau siap untuk itu," kata Nuland pada wartawan di Kiev, Ahad (4/12/2022).
Pada Kamis (1/12/2022) lalu Presiden AS Joe Biden mengatakan ia siap berbicara dengan Putin bila kepala negara Rusia itu tertarik mengakhiri perang. Tetapi gagasan itu segera mati ketika Kremlin mengatakan Barat harus mengakui aneksasi Rusia terhadap empat wilayah Ukraina.
Nuland mengatakan reaksi dari Rusia ini menunjukkan "betapa tidak seriusnya mereka." Rusia menggelar serangan besar-besaran ke transmisi listrik dan infrastruktur pemanas Ukraina selama satu pekan sejak Oktober.
Kiev dan sekutu-sekutunya mengatakan serangan Rusia yang disengaja untuk melukai warga sipil merupakan kejahatan perang.
"Putin membawa perang ini ke tingkat barbarisme yang baru, membawanya ke setiap rumah orang Ukraina karena ia mematikan listrik dan air dan mencapai apa yang tidak bisa ia capai di medan perang," kata Nuland.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova segera merespon pernyataan itu.
"Bukan tempat Nuland mengajari dunia, hanya gabungan Amerika Serikat dan NATO (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara) yang menghancurkan lebih banyak jaringan listrik yang dihancurkan AS sendiri," kata Zakharova di aplikasi kirim pesan Telegram.
Ia merujuk pada serangan ke Serbia pada tahun 1999. Menurut NATO, serangan pesawat-pesawat tempur ke Serbia menghancurkan lebih dari 70 persen jaringan listrik di wilayah itu.